(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)
Narasi
Membaca kalimat “Pisowanan Sanga-sanga” apa yang di bayangkan?. Tentunya kalimat ini asing bagi kaum millenial dalam memahami kata dan masud pisowanan dan sanga-sanga. Hari ini saya bersama pelaku budaya Desa Wanurejo yang ikut serta dalam penelusuran cikal bakal Desa Wanurejo, ya Beliau adalah Pak Blendung. Tokoh desa yang memahami seluk beluk perjalann desa salah satunya mengenai adat tradisi Pisowanan Sanga-Sanga di Desa Wanurejo.
Bersama Pak Blendung, saya mengobrol mengenai Pisowanan Sanga-sanga. Pembicaraan dimulai dari pertanyaan saya mengenai “Pak Pisowanan Sanga-Sanga itu apa ya pak?”
Bapak Blendung menjelaskan “Sebenarnya kata Pisowanan berasal dari bahasa jawa yang artinya menghadap, sedangkan sanga-sanga yaitu sembilan. Jadi pisowanan sanga-sanga yaitu menghadapnya sembilan tetua dusun kepada cikal bakal yang ada di desa wanurejo dengan melambangkan sembilan dusun yaitu tingal wetan, tingal kulon, barepan, brojonalan, jowahan, jonalan, gedongan, bejen, dan ngentak”.
Setelah memahi penjelasan tersebut, lalu kapan sih dilakukannya kegiatan itu? Tanya saya
“Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 16 Mei atau sebelum tanggal 17 Mei yang merupakan Hari jadi Desa Wanurejo. Pelaksanaan tradisi ini dimuali dari pengambilan air ke sumber mata air di sembilan dusun yang ada di Desa Wanurejo. Air tersebut dibawa oleh kepala dusun atau tetua atau sesepuh dusun masing-masing menggunakan kendi kecil yang terbuat dari tanah liat. Kemudian mata air diarak menuju makam Kyai Wanu Tejokusumo dengan diiringi prajurit sawer wulung, selanjutnya air itu diterima oleh Bapak Kepala Desa yang satu per satu air dimasukan kedalam bejana menjadi satu. Dalam pelaksanaan tradisi inni seluruh pelaku budaya menggunakan baju adat jawa berupa jarik dan lurik yang dihiasi iket dikepala” Ungkap Pak Blendung sambil menikmati keripik singkong yang gurih nan renyah.
Pak Blendung juga menyampaikan bahwa maksud dari penyatuan air dalam satu bejana yaitu sombol manunggalnya (bersatunya) sembilan dusun di Desa Wanurejo agar tetap selarasa dengan tujuan dan cita-cita Desa.
Sambil menikmati teh mendengarkan penjelasan Pak Blendung, saya berfikir ‘lalu dimulai dari jam berapa pelaksanaan kegiatan ini yaa ?’. belum sempat saya akan berbicara seperti ini, Pak Blendung tiba-tiba langsung menyampaikan “tradisi ini dimulai dari siang menjelang sore hari dengan acara peyerahan air, selanjutnya dilakukan dengan tahlilan atau mengirim doa kepada seluruh cikal bakal Desa Wanurejo dengan simbolis tukon pasar, jenang abang putih, tumpeng kuning, dan ingkung.
Pelaksanaan tradisi ini selalu dilakukan sebelum digelarnya acara Gelar Budaya Wanurejo pada tanggal 17 Mei dalam rangka memperingati hari lahirnya desa. Pisowanan Sanga-Sanga erat kaitanya dengan kepercayaan masyarakat akan kelancaran seluruh komponen kegiatan dalam memperingati hari jadi Desa Wanurejo.
Gambar
Narasumber
- Blendung Luwardi, 56 tahun, dusun Tingal Kulon desa Wanurejo