Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Puroloyo Cikalan
(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)
Narasi
Hamengkubuwono II
Awal mula pada Tahun 2011 terdapat peziarah yanng datang ke Puroloyo Cikalan bisa berkomunikasi dengan Mbah Kyai Wanu dan saat itu menyampaikan kepada orang sekitar bahwa Mbah Kyai Wanu merupakan putra ke-76 dari HB ke-II dengan garwa ampean yang ke-25. Dengan diketahui adanya hubungan tersebut terjadilah sebuah penyampaian dari Desa Wanurejo kepada Keraton Yogyakarta, setelah melalui berbagai perjalanan akhirnya terdapat syarat untuk mengeluarkan Surat Kekancingan yang menyatakan bahwa Mbah Kyai Wanu benar-benar putra HB Ke-II dengan tiga syarat yaitu, Makam Mbah Kyai Wanu merupakan petilasan karena tanah di Puroloyo Cikalan di bawa ke Imogiri dan dibuat Makam Mbah Wanu dengan nama Pangeran Hadinegoro. Kedua, tanah di Puroloyo Cikalan harus menjadi tanah putih. Terakhir adalah harus menyiapkan abdi dalem berjumlah tujuh orang yang dinamakan Abdi Dalem Punokawan.
Abdi Dalem Puroloyo
Semua syarat disetujui oleh Desa Wanurejo, akhirnya pada Tahun 2015 sudah terbentuk Abdi Dalem Puroloyo Cikalan dan mulai melakukan aktivitas kegiatan di makam. Pada Tahun 2017 seluruh abdi dalem Puroloyo Cikalan melakukan diklat atau pawiyatan menjadi abdi dalem di Yogyakarta. Setelah dinyatakan secara sah menjadi abdi dalem dengan pangkat jajar diharuskan setiap satu tahun sekali datang ke keraton Yogyakarta setiap bulan Sura dan Ruwah. Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Puroloyo Cikalan di Desa Wanurejo terdapat tujuh orang yaitu Bapak Jadi, Bapak Trimo, Bapak Slamet, Bapak Bakri, Bapak Basri, Bapak Bantok, Bapak Slamet, dan Bapak Rohmad.
Menjaga Sarean
Bapak Trimo yang berasal dari Dusun Tingal Wetan menyampaikan, kegiatan yang dilakukan abdi dalem ialah menjaga sarean atau makam setiap pukul 09.00 – 12. 00 WIB dengan jadwal yang saling bergantian. Ketika menjaga makam wajib mengenakan pakaian sesuai aturan dari Keraton Ngayogyakarta. Selain itu, setiap malam Selasa Wage tepatnya hari lahirnya Sultan HB Ke-10 seluruh abdi dalem sowan ziarah ke sarean masing-masing dengan pakaian prana’an (jarit, nyamping, kemben, lontong, ageman, udeng) dengan pelaksanaan kegiatan berupa tahlilan, bakar dupa, dan meletakan bunga mawar merah putih di Makam Mbah Kyai Wanu yang dilakukan oleh pemimpin kegiatan. Lalu setiap malam Jumat Kliwon dilakukan doa bersama antara pemimpin desa, perangkat desa dan abdi dalem di Puroloyo Cikalan. Rangkaian pelaksanan doa bersama diawali dengan tahlilan dan diakhiri dengan makan bersama. Ubarampe yang bisanya dibawa yaitu nasi megono sebagai simbol sedekah dengan tujuan doa untuk keselamatan dan kemakmuran Desa Wanurejo.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Trimo, Pelaku budaya, dusun Tingal Wetan desa Wanurejo