(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)

Narasi

Mbah Towilah atau sering disebut Mbah Klemuk, sebuah nama yang diberikan orang tuanya akibat dulu sering sakit-sakitan semasa kecil sampai kemudian dipanggil Klemuk dan sejak dipanggil dengan nama itu seketika dia tidak pernah sakit, berumur 80 tahun dan sudah mengalami kekurangan dalam hal pendengaran ini sejak berumur 6 tahun sudah belajar menganyam daun pandan yang diolah menjadi tikar tradisional.

Proses pembuatan kerajinan daun pandan ini dimulai dari pengambilan daun pandan yang dahulu ada di sekitar rumahnya namun sekarang sudah tidak ada lagi karena banyak lahan sudah ditanami pohon semen dan beton, sehingga sekarang Mbah Klemuk membelinya di Pasar Borobudur seharga Rp 20.000 per ikat (tahun 2021). Proses selanjutnya, daun pandan kemudian ditumbuk menggunakan lumpang (digemblong/ditutu) lalu dipasak, kemudian direbus (digodok) lalu direndam sehari kemudian dijemur seharian keesokan harinya, jadilah pandan kering yang siap dianam/dianyam. Untuk membuat tikar dengan ukuran 4m x 1m, Mbah Klemuk memerlukan empat ikat pandan

Harga tikar pandan ini sangat murah, beliau menjualnya dengan harga Rp 75.000 untuk ukuran 4m x 1 m. Harga Rp 75.000 (tahun 2021) ini belum termasuk jahitan pinggir, apabila tikar dijahit pinggir maka harganya menjadi Rp 90.000. Harga tikar ini sangat terjangkau jika dibandingkan dengan tikar yang dijual di pasar atau toko besar.

Gambar

Lokasi

[map

Narasumber

  • Mbah Towilah / Mbah Klemuk, 80 tahun, Sesepuh desa, Pelaku Budaya, kerajinan anam-anam, desa Borobudur

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...