(Narasi oleh Haidar Imama dan Habib Safrodin)
Narasi
Petilasan Balai Gede adalah salah satu tempat bersejarah yang berada di Dusun Sidengen. Balai Gede merupakan tempat Pangeran Diponegoro menyusun strategi perang gerilya bersama beberapa tokoh termasuk Kyai Udan Bareng dalam perlawanan terhadap penjajah di Perbukitan Menoreh dari tahun 1825-1830. Setiap akan mempersiapkan strategi perang gerilya bersama dengan para tokoh dan ulama, seperti menentukan waktu dan titik menyerang penjajah pada saat itu, maka pertemuan akan dilaksanakan di Balai Gede. Hal tersebut karena kondisi sekitarnya berada di tengah perkebunan bambu yang agak tersembunyi dan berada di lokasi yang datar namun agak tinggi. Selain itu lokasinya yang dekat dengan Perbukitan Menoreh juga menguntungkan apabila ada serangan mendadak, sehingga dapat mudah menemukan tempat bersembunyi.
Selain untuk menyusun strategi perang, Balai Gede digunakan Pangeran Diponegoro dan para tokoh agama, serta tokoh masyarakat untuk melakukan doa bersama dan berunding untuk kemasyarakatan, kondisi sosial, dan keadaan pada saat itu. Letak Balai Gede juga berdekatan dengan Sungai Sidondong, sehingga memudahkan mereka mengambil air wudu dan buang air atau mandi.
Balai Gede sendiri merupakan tempat yang sangat bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, terutama pada saat Perang Diponegoro. Sayangnya banyak yang tidak mengetahui tentang keberadaan Balai Gede sebagai salah satu petilasan atau salah satu tempat yang memegang peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan sehingga jarang diketahui. Namun demikian keberadaan Balai Gede sendiri sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar.
Gambar
Lokasi
map