(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)

Narasi

Batik merupakan kain bergambar atau bermotif yang dibuat dengan menuliskan atau menebalkan motif menggunakan malam pada kain, kemudian dilakuakn proses pewarnaan, pengeringan, perebusan, dan pengeringan sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait. Saat ini batik  telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan non bendawi oleh UNESCO.

Desa Wanurejo sebagai salah satu desa wisata memiliki berbagai macam destinasi lokal, salah satunya yaitu Rumah Batik Lumbini. Rumah Batik lumbini berada di Dusun Tingal Kulon RT 002 RW 002. Rumah Batik lumbini berdiri pada tahun 2011. Rumah Batik Lumbini telah memiliki galeri sendiri, tempat di mana hasil karyanya digelar bagi para tamu dan wisatawan yang berkunjung kesana dengan jam buka dari pukul 08.00-16.00 WIB. Batik yang dihasilkan terdiri dari batik tulis dan cap dengan corak-corak khas Borobudur yang mengandung makna dalam setiap coraknya.

Dalam pembuatan batik ini, digunakan pewarna sintetis dan pewarna alami yang berasal dari tanaman yang ditanam di sekitar area Batik Lumbini seperti daun kelengkeng, mahoni, suji, srigading, ketepeng, indigofera dan masih banyak lagi. Hasil karyanya biasa dijual di galeri dan beberapa memang pesanan dari Hotel Amanjiwo. Rumah Batik Lumbini juga menyediakan pelatihan bagi tamu dan wisatawan yang ingin belajar membatik dan nantinya akan membawa pulang buah tangan berupa sapu tangan yang telah dibatik sendiri. Melalui pelatihan ini, pihak Rumah Batik Lumbini mengharapkan kaum muda untuk belajar membatik lagi guna melestarikan salah satu mahakarya warisan budaya.

Gajah di Lumbini

Lumbini, kata beliau mengarah pada warna alam yang terdapat pada 25 jenis tanaman di lingkungan Rumah Batik Lumbini seperti, daun kelengkeng, mahoni, suji, srigading, ketepeng, indigofera dan masih banyak lagi. Sedangkan Lumbini dalam bahasa jawa kuno memiliki arti Indah.

“Tapi mas, Lumbini kalau dikaitkan dengan Borobudur ada lho!”

“Apa itu Pak?”

“Dalam cerita Borobudur, Sang Sidarta Gautama lahir di Taman Lumbini. Begitu lahir beliau melompat tujuh kali di atas teratai dan bisa lari. Jadi harapannya yaitu menyongsong optimisme kalau membatik itu membuat sejahtera. Sebelum lahir, Dewi Maya mimpi didatangi gajah putih. Sehingga terdapat lambang gajah di Lumbini. Gajah itu sendiri memiliki lambang pengetahuan dan kebijaksanaan. Yaaa seperti karya batik saya yang pertama yaitu motif Liman Kembar Jiwa berasal dari ciri khas keberadaan Candi Borobudur,” ungkap Pak Win dalam obrolan ini.

 

Batik Liman Kembar Jiwa

“Motif batik liman kembar jiwa itu seperti apa nggih Pak?” tutur saya.

Dengan semangat yang menggelegar Pak Win mulai menjelaskan.

“Motif Batik ‘Liman Kembar Jiwa’ berasal dari ciri khas Candi Borobudur, memiliki makna bahwa manusia yang bijaksana selalu bercermin dilambangkan dengan gambar dua gajah yang sedang bercermin. Warna batik ini dominan coklat yang mengartikan bahwa, cokelat merupakan warnanya orang jawa yaitu tanah, mengingatkan akan kematian makanya bercermian, makanya jangan sombong sehingga harus bercermin,” tutur Pak Win.

Proses pembuatanya diawali dengan melukis motif, kemudian menimbun lukisan menggunakan canting yang berisi malam cair. Selanjutnya proses pewarnaan menggunakan bahan pewarna alam yaitu kayu mahoni dan tingi. Mahoni menghasilkan warna coklat dan tingi menghasilkan warna coklat agak kemerahan. Proses pewarnaan alam dilakukan pencelupan 20-40 kali, 3-4 kali harus dikunci, sehari Pak Win menghitung hanya bisa mencelupkan 3 kali sampai malam, karena rendam 5-15 menit, dinaikkan/dikeringkan selang-selang kuku belum kering di rendam, 3 kali pewarnaan kain dimasukan ke pengunci, setelah itu dicuci air biasa, kemudian dimasukan kembali ke warna alam sehingga proses benar-benar lama dan memerlukan kesabaran. Bahan pengunci warna bisa menggunakan Tunjuk menghasilkan warna tua, Tawas menghasilkan warna enom atau muda sedang, dan kapur warna muda.

Motif liman kembar jiwa dibuat 1 bulan dari melukis sampai jadi. Perdana membuat Tahun 2011 dan dikoleksi orang Denmark. Setelah warna yang diinginkan sesuai kemudian direbus dan setelah itu dikeringakan tidak langsung kena cahaya matahari agar warna tidak luntur. Proses pembuatan warna bahan alami seperti Tini kayu, direbus ideal 6 jam dengan campuran  10 L air dengan 1 kg kayu Tini  menjadi 5 liter.  Mahoni di ambil kulit luarnya, ideal umur 20 keatas, semakin tua warnanya semakin pekat.

“Waktu pembuatan desain berat, maka harus berdoa, Doa mengalir saja sesuai niat pribadi masing masing. Membatik adalah berkarya”, Pak Win mengakhiri obrolan.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Agustinus Adi Winarto, 55 tahun, Pemilih Rumah Batik Lumbini, dusun Tingal Kulon desa Wanurejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...