(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)

Narasi

“aji neng diri seko lati, aji neng rogo seko busono” yang berarti penilaian seseorang terhadap perilaku dan wataknya berdasarkan pembicaraan dan penilaian tentang badan atau penampilan berdasarkan pada pakaian. Ungkapan diatas tidak asing terdengar karena pemenuhan akan sandang sangat penting. Batik menjadi salah satu sandang yang sering digunakan oleh masyarakat Desa Wringinputih.

Pakem Motif

Batik merupakan hasil karya tangan berbahan dasar mori atau kain putih yang terbuat dari kapas ataupun sutera. Cara pembuatannya dimulai dari memberi pola atau motif pada kain mori tersebut menggunakan pensil. Setelah itu, motif tersebut dilapisi dengan cairan malam, yang berfungsi untuk mencegah zat pewarna masuk kedalam bahan kain. Ada beberapa motif yang bisa digambar di atas batik, misalnya dengan diberi titik-titik yang saling menyambung. Motif-motif batik sudah ada pakemnya yang menggambarkan si pemakai. Jadi, biasanya kita membuat batik meniru atau mengeblat motif, lalu dilapisi malam dengan cara di titik-titik menggunakan canting. Maka proses membuat motif ini disebut batik, yang berasal dari kata ngeblat dan membuat titik-titik.

Pewarna Alam

Karena perkembangan zaman, motif-motif yang ada pada batik mulai berkembang, seperti motif alam yang berbentuk tumbuh-tumbuhan atau binatang. Setelah pembuatan motif selesai, proses selanjutnya yaitu pewarnaan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat warna, diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar Desa Wringinputih. Semua bahan pewarna direbus menggunakan air panas. Kemudian kain yang sudah bermotif dilapisi cairan malam, dimasukkan kedalam cairan pewarna. Setelah pewarnaan ini selesai, kain mori tersebut diangkat lalu dibersihkan malam yang menempel pada kain sehingga terlihat warna kain aslinya. Hal tersebut diulangi secara terus-menerus, tergantung berapa jenis warna yang kita inginkan. Setelah pewarnaan selesai kemudian kain tersebut dijemur di dalam ruangan, agar warna kain tersebut tidak berubah.  Kain-kain batik ini bisa digunakan untuk bahan pakaian, taplak meja, sapu tangan, dan juga lukisan.

Inspirasi Putri Batik

Proses pembuatan batik memerlukan ketekunan, kesabaran, kepedulian, dan inovasi. Hal inilah yang dilakukan oleh seorang pembatik di Desa Wringinputih yang bernama Putri (18 tahun). Ia berkarya membuat batik dengan prinsip batik warna alam. Jadi selain tekun untuk membuat batik, ia juga tekun meneliti beberapa daun tumbuhan untuk dijadikan bahan dasar pewarnaan. Setelah menemukan hasil warna yang berbeda, ternyata warna daun ini dianggap sangat menarik untuk Putri untuk dijadikan sebagai edukasi tentang pewarnaan alam. Ia berharap generasi muda sekarang bisa mengenal dan mencintai batik serta memahami kekayaan alam sekitar yang dapat dijadikan bahan pewarna alam yang murah tapi bernilai tinggi. Jadi konsep batik yang dibuat oleh Putri adalah batik yang ramah lingkungan. Putri dengan keadaan dan fasilitas yang terbatas, tetap tekun berkarya dan mempunyai cita-cita bisa membuat galeri batik di Desa Wringinputih. Galeri batik ini diharapkan sebagai media atau tempat untuk masyarakat lebih mengenal tentang batik.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Putri, 18 tahun, pembatik Desa Wringinputih

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...