Beranda | Pitutur Bambu Borobudur 2022 | Lorong Jataka |Burung Pelatuk ; kebajikan untuk Menolong dan keteguhan tidak mengharap balasan
Lorong masuk Pitutur Bambu Borobudur ini terinspirasi dari relief Jataka di candi Borobudur. Dalam relief jataka, berisi ukiran fabel (cerita dengan hewan sebagai penokohannya) yang menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama dalam wujud tokoh hewan dengan perwatakan adiluhung yang dapat dijadikan teladan bagi setiap orang. Cerita tersebut memang syarat dengan kandungan makna dan nilai-nilai moral.
Dalam kisah Jataka 'Burung Pelatuk' ini ini, hewan yang ditampilkan di lorong Jataka adalah Singa, Rusa, Musang, dan burung Dubuk. Berikut di bawah ini kisah yang disadur dari buku JĀTAKA :
Relief Borobudur
JATAKA
CERITA KELAHIRAN LAMPAU BUDDHA
Penulis & Fotografer : Anandajoti Bhikku
Burung Pelatuk :
Kebajikan untuk menolong serta keteguhan tidak mengharap balasan
Dikisah Jataka ini merujuk pada kisah Jataka 308. Dikisahkan Bodhisattwa pernah terlahir menjadi seekor burung pelatuk. Burung pelatuk itu mengajarkan Dharma kepada hewan-hewa lain di hutan dimana dia ia tinggal.
Suatu hari, saat ia terbang berkeliling, ia melihat seekor singa yang tertunduk mengerang seperti menahan nyeri. Sang burung pelatuk merasa kasihan, mendekati dan lantas menanyai singa malang tersebut. Ternyata Singa tersebut tengah dirundung nyeri karena ada tulang yang tersangkut di tenggorokannya.
Setelah menjelaskan adanya tulang yang tersangkut di tenggorokan yang tak bisa ia telan atau keluarkan, Singa itu memohon bantuan kepadanya. Sang burung pelatuk kemudian menyampaikan sanggup menolong singa itu, akan tetapi menyangsikan apakah ia tidak akan dimakan oleh singa itu setelah ditolong. Singa itupun berjanji tidak akan akan memakan sang burung pelatuk setelah menolongnya.
Burung pelatuk itupun datang dengan sebuah rencana. Ia akan membawa sebuah batang kayu agar menahan rahang singa supaya terbuka lebar. Setelahnya ia akan terbang ke dalamnya dan dengan hati-hati bekerja sampai tulang itu lepas.
Akhirnya rencana itu berhasil dan Singa mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kelegaaanya dari derita.
Di suatu hari yang lain, burung pelatuk itu tengah kelaparan. setelah berkeliling tanpa mendapatkan makanan ia melihat singa yang dulu telah ditolongnya tengah lahap memakan makanan. Sang burung pelatuk lantas berfikir untuk menguji singa itu, apakah ia mau membagi makanan kepada teman yang dulu pernah menolongnya sebagai balas budi.
Burung pelatuk itupn lantas datang mendekat dan mengatakan kepada singa untuk sedikit membagi makanan padanya. Tetapi yang terjadi itu malah mengusirnya dan mengatakan bahwa sebagai binatang buas dengan membiarkan burung pelatuk hidup waktu itu, berarti sudah sama saja menolongya.
Bodhisattwa atau burung pelatuk tadi lantas terbang pergi, dan ketika ditanyai, menjelaskan kepada dewa bahwa mereka yang melakukan perbuatan baik, melakukan itu untuk manfaat pihak lain tidak akan berharap imbalan di masa depan ataupun berharap keuntungan untuk mereka sendiri.
Singa tersangkut tulang di tenggorokannya
Di relief ini terlihat penggambaran singa dengan mulut terbuka lebar seperti penggambaran di cerita saat tenggorokan singa tersangkut tulang. Sepasang rusa yang ada didekatnya seperti tidak takut kepada singa yang tengah meradang, dikarenakan mengetahui singa itu tidak mungkin menerkamnya. Sementara di atas burung pelatuk terbang di angkasa.
Burung Pelatuk membantu singa mengeluarkan tulang
Di dalam ini terlihat jelas seperti di dalam cerita ketika sang burung pelatuk terbang bersiap-siap masuk ke mulut singa yang terbuka lebar untuk menolong mengeluarkan tulang yang menyangkut di kerongkongan.
Daftar Pustaka
Ānandajoti Bhikkhu. 2020. Jātaka: Cerita Kelahiran Lampau
Buddha. Ehipassiko Foundation. Jakarta
Cerita Bergambar, Relief Jataka Candi Borobudur. 2014.
Balai Konservasi Borobudur Direktorat Jendral
Kebudayaaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Magelang
Prasetya, Bambang Eka. 2022. Kumpulan Cerita Jatakamala.
Seni Membaca Relief (Sebar) Candi Borobudur.
Nittramaya. Jawa Tengah.