(Narasi oleh Alia Noviardita)
Narasi
Menurut cerita Mbah Mulalvi, 68 tahun, zaman dulu permainan dakon disebut dengan lumbung-lumbungan. Permainan ini dimainkan diatas tanah kemudian dilubangi menjadi 5 bagian yang berhadapan sehingga total 10 lubang, kemudian disamping kanan kiri juga dilubangi, mereka menyebut lumbungan.
Namun saat ini anak-anak biasa menggambar sendiri diatas tanah yang bentuknya persegi panjang terdiri dari beberapa kotak. Sedangkan untuk ujung-ujungnya digambar setengah lingkaran atau sesuai yang mereka inginkan.Permainan ini memerlukan kerikil untuk menjadi bidaknya, sebanyak yang mereka sepakati. Kemudian masing masing kotak diisi kerikil jumlah yang sama.
Sebelum memulai, dilakukan pingsut untuk menentukan siapa yang lebih dulu bermain. Sebelum permainan mereka harus menyepakati bagian yang akan menjadi tempat pengumpulan batu yang mereka dapatkan. Ketika seorang memilih sebelah kiri maka dia akan berjalan ke arah kiri terlebih dahulu. Pengambilan batu pada kotak sesuai yang mereka mau. Kemudian berjalan sesuai jumlah batu yang mereka ambil dari kotak tersebut.
Berangkat dari kesepakatan bersama, jika salah satu pemain berhenti pada kotak yang kosong kemudian di depannya ada batu milik lawannya, maka batu lawannya bisa diambil. Peraturan itu tergantung pada kedua pemain, jika tidak disepakati seperti itu maka tidak ada mengambil milik lawan. Penentuan pemenang didasarkan pada siapa yang mendapatkan batu lebih banyak, dia adalah pemenangnya.
Gambar
Aturan Permainan
Relasi Budaya
- Permainan rakyat sejenis di Bigaran ; Bas-basan, Bekel, Barongan, Candak Ndodok, Dakon, Dingklik Oglak-aglik, Donald Bebek, Egrang, Endog-endogan, Engkling, Gasing Bluluk, Gobag Sodor, Kelinci, Keris-kerisan, Kokoko, Kubro-kubronan, Ndas-ndasan, Oplok-oplok, Patung-patungan, Pembela, Singkong Sawi, Sontokan, Uncal-watu, Tembak-tembakan Debog, Ze-ze, Lumlumban,
Narasumber
- Anak-anak Desa Bigaran
- Mbah Mulalvi, 68 tahun, Sesepuh Desa; Permainan dakon dululnya disebut dengan lumbung-lumbungan
Sumber Lain