Beranda | Pitutur Bambu Borobudur 2022 | pengantar dan narasi | Pengantar dan Narasi
Dalam rangka melestarikan keberadaan bambu dan memajukan kebudayaan berbasis bambu yang ada di Kawasan Borobudur, maka berbagai upaya pengembangan dan pemanfaatan potensi budaya desanya kami lakukan bersama daya desa dan daya warga dari 20 desa dengan mengemasnya menjadi mini festival berupa ruang belajar bersama bertajuk :
Dalam setiap desis suara gesekan dedaunan
Pada rumpun bambu yang sedang bercanda bersama angin
Ternyata bambu senantiasa bertutur
Melalui lagu berisi syair tentang kehidupan
Yang dikemas dalam untaian bait puitis penuh pesan
Yang ditujukan kepada sahabatnya, manusia
Tak jemu sang bambu selalu membisikkan nasehat
Supaya manusia terus berusaha menjadikan urip iku urup
Selalu setia, bersabar dan meneguhkan hati
Dalam upaya menebar manfaat dalam setiap langkahnya
Mencerahkan, merubah kegelapan menjadi terang benderang
Tak berhenti , demi menjadikan sesuatu menjadi lebih baik
Yang diberikan kepada alam, kepada semua makhluk
Dan kepada saudara saudaranya sesama manusia
Tanpa harap mereka menuntut balas atas kebaikan
Yang telah dipersembahkan selain daripadanya
Sebagai wujud ketulusan dan ungkapan syukur
Kepada Sang Maha Pencipta , Sang Maha Welas Asih
Yang terus menerus memberikan segalanya bagi kehidupan
Walau manusia seringkali alpa dan durhaka terhadap NYA
Layaknya budaya pitutur yang dilestarikan oleh masyarakat di Kawasan Borobudur secara turun temurun, bambu, rumput raksasa yang tumbuh di sekitar perbukitan Menoreh ini pun ternyata juga selalu menyampaikan pituturan atau nasehat kehidupan bagi manusia yang ada di sekitarnya melalui caranya, yang seringkali tidak mampu dipahami oleh manusia, yang konon merupakan makhluk paling sempurna di alam ini.
Perlahan bambu tumbuh, berumpun, cengkeram akarnya semakin kuat dan batangnya menjulang tinggi namun dia tetap berusaha selalu merunduk. Kemampuannya menyimpankan air tanah, menahan erosi, dan menghembuskan oksigen 36% lebih banyak dibandingkan pohon tak membuatnya congkak dan banyak bicara.
Bahkan semua bagian yang ada padanya pun dia relakan untuk memenuhi kebutuhan semua makhluk ciptaan Sang Maha Kuasa, terutama bagi manusia untuk menunjang kebutuhan hidupnya secara berkelanjutan
Rumpun bambu mengajarkan kita pada pentingnya kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, kolaborasi dan segala sesuatu yang sifatnya saling menolong, saling melengkapi dan saling berbagi. Jangan biarkan satu dengan yang lainnya tercerai berai. Karena hanya dengan kebersamaan, dengan kolaborasi dan tentunya dengan niat baik serta pikiran positif, tantangan seberat apapun akan lebih mudah diatasi. Dengan kebersamaan, kita akan menjadi lebih kuat dan teguh, tak mudah runtuh. Namun kekuatan tersebut bukanlah untuk menjadi lebih kuasa, namun justru kekuatan yang tetap digunakan untuk berbagi manfaat dan kebaikan.
Bambu juga mengajarkan perlunya kesabaran dan keuletan untuk menganyam kebersamaan, yang ditunjukkan melalui berbagai produk budaya kerajinan. Karena dengan anyaman, kita akan menjadi lebih kuat, nyaman dipandang mata dan mampu memberikan beraneka ragam manfaat. Maka apabila kita menjalankan nasehat bambu, mimpi dan harapan yang selama ini hanya sebatas diucapkan tentang kesejahteraan, tentang desa yang indah lestari, tentang sesuatu yang lebih baik, tata titi tentrem karta raharja ini pun akan mampu diwujudkan
Masyarakat yang tinggal di 20 desa di Kawasan Borobudur ternyata begitu erat hubungannya dengan bambu yang merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup melimpah keberadaannya. Pengetahuan tentang bambu yang sedemikian luas, dan dengan sentuhan tehnologi tradisional menjadikan masyarakat mampu menghasilkan berbagai produk budaya desa yang sangat beragam jenisnya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya. Bambu digunakan sebagai alat pertanian, alat tangkap ikan, alat dapur tradisional, diolah menjadi berbagai menu kuliner, sebagai bahan bangunan, alat permainan kerakyatan, alat kesenian, alat olahraga tradisional, alat transportasi, dan berbagai hal lainnya.
Bila dikaitkan dengan daur hidup manusia, bambu juga selalu menemani perjalanannya di dunia ini. Mulai dari kelahiran, perjalanan semasa hidup, hingga kematian menjemput dan dikuburkan di liang lahat. Bahkan bambu masih menemani tatkala ritus dan doa doa dilantunkan hingga seribu hari kematiannya.
Nilai budaya atau nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat di Kawasan Cagar Budaya Borobudur yang sekaligus menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, bahkan Kawasan World Heritage, perlu diperkuat dalam setiap proses pembangunan kawasannya. Pengembangan pariwisata jangan sampai justru merusak tatanan nilai sosial budaya yang ada selama ini , karena terjebak hanya berorientasi pada nilai ekonomi atau profit semata . Pariwisata haruslah menjadi alat yang ampuh untuk memajukan kebudayaan desa desa yang ada di kawasan tersebut.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan menjadi pilihan konsep yang ideal, ketika tujuannya adalah melestarikan keindahan alam dan menguatkan jati diri budaya kawasan perdesaan , yang sesungguhnya menjadi asset atau modal yang tepat untuk membangun desa , dan menjadi penguat daya tarik wisata untuk mendatangkan wisatawan yang berkualitas ke kawasan ini.
Namun untuk mewujudkan kawasan yang kuat dengan daya tarik keindahan alam dan nilai budayanya tidaklah mungkin dilakukan hanya oleh segelintir orang atau sebagian kelompok saja. Semua harus bersatu padu. Masyarakat yang berada di 20 desa disimbolkan dalam gambar 20 batang bambu penyangga instalasi jembatan stupa bambu ), ditambah dengan jejaring desa harus bergotong royong ( sinergi ) untuk membuat perubahan yang lebih baik. Sehingga Candi Borobudur yang selama ini telah menjadi magnet orang dari seluruh penjuru dunia datang berkunjung, akan mengagendakan pola perjalanan wisatanya ke desa desa pula ketika kawasan di sekitarnya juga berbenah , mempercantik diri , lebih ramah dan meningkatkan daya tarik alam dan budaya desanya
Dalam rangka menarik minat serta menguatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya ekosistem kebudayaan berbasis bambubambu, maka dikemaslah berbagai sub kegiatan dalam acara iniini, antara lain: pameran dekoratif ruang, instalasi seni, pameran foto , workshop, talkshow, diskusi, seni pertunjukan , performing art dan pasar budaya bebasis bambu
Kondisi ekosistem tanaman bambu di Kawasan Borobudur sebenarnya tidak dalam kondisi baik-baik saja. Keberadaannya
semakin langka akibat eksploitasi yang berlebihan dikarenakan semakin maraknya usaha yang hanya berorientasi pada keuntungan profit semata semata. Fungsi ekologi dan sosial budaya tidak banyak yang tahu, sehingga cara panen yang dilakukan dilakukanpun tidak berprinsip lestari. Bila hal ini dibiarkan maka ancaman terhadap kerusakan lingkungan akan semakin besar.
Padahal, bila potensi ekosistem kebudayaan berbasis berbasis bambu mampu dieksplorasi secara baik, maka dapat menjadi modal untukmembang un desa , salah satunya melalui wisata edukasi budaya berbasis bambu. Oleh karenanya, upaya pemajuan kebudayaan dengan cara yang menyenangkan untuk mengenalkan nilai ekologi, socsal dan budaya bambu harus semakin digalakkan. Sehingga keberadaan bambu akan tetap lestari dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kawasan Borobudur.
Tepat sekali bila bambu dipilih untuk program konservasi alam, terutama di Kawasan Borobudur, karena secara alami bambu mampu
memperbaiki kualitas air, tanah dan udara sehingga meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya
i. Pelindung ekosistem
ii. Penguat tanah mencegah erosi
iii. Pelindung bantaran sungai dari gerusan arus air,
iv. Pelindung tebing agar tidak mudah longsor,
v. Penyubur tanah & pelindung struktur tanah,
vi. Pelindung daerah tangkapan air yang sangat baik,
sehingga mampumeningkatkan kualitas dan
kuantitas air bawah tanah
vii. Penghasil oksigen, peredam panas dan
penyejuk udara
viii. Pelindung dari angin dan hujan abu gunung api
ix. Peredam polusi suara
Pertumbuhan Cepat: Bambu adalah tanaman yang tumbuh paling cepat di dunia. Telah dicatat tumbuh 47,6 inci dalam 24 jam. Beberapa spesies bahkan dapat tumbuh lebih dari satu meter per hari dalam kondisi optimal. Sebuah bambu baru mencapai ketinggian penuhnya dalam waktu kurang dari setahun.
Secara ekonomi, produk produk yang berasal dari bambu memiliki nilai yang baik. Banyak produk produk yang dihasilkan mulai dari :
i.
Pangan masakan rebung, daun dibuat kerupuk dan sebagai pembungkus berbagai jenis makanan serta obat obatan untuk kesehatan arang bambu dan tea penurun demam, batuk, jantung, sesak napas,), dll, serta teknologi pertanian/ pengairan/ perikanan/ peternakan untuk pengolahan pangan, dan dapur untuk pengolahan pangan pasca panen yang berbahan dari bambu pula)
ii.
Sandang serat yang kandungan anti bacterialnya tinggi untuk pembuatan pakaian, handuk, kaos kaki, bahan untuk asesoris, topi, dll ),
iii.
Papan tehnik arsitektur, bahan bangunan, jembatan, papan lembaran, lantai, meubel, tikar, kerajinan
Bambu sangat efektif sebagai material yang sifatnya edukatif dalam rangka membangun kesadaran atau kepedulian, seperti untuk membangun hubungan sosial dan pemajuan kebudayaan, yang antara lain untuk kepentingan agama & adat istiadat rumah ibadah, upacara keagamaan), gotong royong di hari kemerdekaan & hari besar keagamaan, kesenian seni rupa, musik, pertunjukan), permainan tradisional, modern, percobaan sains, outbound training, fun games), senjata pisau, bambu runcing, panah, senapan), olah raga (sepeda, rakit, instalasi latihan fisik), menciptakan lapangan kerja pertanian, kerajinan, UKM, wisata) dll
Bambu memiliki keawetan yang sangat rendah, mudah diserang mikro organisme dan serangga sehingga untuk penggunaan jangka panjang orang tidak memilih bambu.
Oleh karenanya pengawetan bambu baik secara konvensional atau kimiawi perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai pakai bambu sehingga mampu dipakai untuk kurun waktu yang lama (membuat balok bambu untuk tiang bangunan dan kuda kuda, papan laminasi , papan panel dan atap bambu)
Tanpa pengawetan di tempat terbuka bambu hanya dapat digunakan 1 3 tahun apabila dibawah naungan / terlindung 4 7 tahun dan pada kondisi ideal dapat digunakan 10 15 tahun apabila dengan pengawetan dapat digunakan lebih dari 15 tahun Liese , 1980 dalam Morisco 2005).
Material bambu telah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat sebagai bahan bangunan seperti tiang penyangga bangunan, lantai, dinding, pintu jendela, rangka atap, dan atap. Selain menghasilkan sirkulasi udara yang baik, bangunan bambu juga memiliki nilai arsitektur tinggi serta nilai adat yang khas.
Dan sekarang bambu dipilih kembali menjadi bahan bangunan modern untuk struktur kolom beton maupun dinding semen karena lebih kuat dari baja. Jenis jenis bambu tertentu memiliki kekuatan tensil hingga 28.000 per inci , dibandingkan dengan baja yang memiliki tensil 23.000 per inci.
Konstruksi bambu yang terbukti tahan terhadap gempa bumi pun menjadi semakin eksotik ketika dirancang dalam bentuk bangunan yang artistik.