(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Kesenian jathilan atau disebut juga kesenian kuda lumping yang berada di Dusun Miriombo Wetan ini berdiri pada tahun 2003. Yang pada saat itu dipelopori oleh beliau Bapak Pujowandi dan diberi nama “Wahyu Turonggo Mudho”. Kesenian jathilan ini pada awalnya belajar dari kesenin jathilan dari Dusun Ndolo, Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo, yang telah dikembangkan dengan cerita-cerita yang ada di Dusun Miriombo Wetan. Kesenian jathilan yang ada di Miriombo Wetan selain untuk melestarikan budaya/kesenian klasik tapi juga untuk melengkapi atau meramaikan dusun.
Kesenian jathilan di Miriombo Wetan ini menceritakan tentang Simbah Sumber yang diyakini masyarakat bahwa beliau adalah penunggu sumber atau mata air yang berada di Kali Sabrang. Simbah Sumber mempunyai dua anak yang bernama Raden Nitiderjo dan Raden Murbokusumo. Simbah Sumber mengadakan sayembara kepada kedua anaknya, “barang siapa dapat memberikan makanan yang disukainya, maka akan mendapatkan tahta beliau”. Dan pada akhirnya sayembara dimenangkan oleh Raden Nitiderjo yang kemudian mendapatkan tahta.
Dalam setiap pementasan kesenian jatilan ini ada beberapa alat peraga yang digunakan seperti Barongan, disimbolkan sebagai kendaraan yang dipakai oleh Simbah Sumber. Topeng Wewe dan Genderuwo, disimbolkan sebagai abdi yang merawat Barongan. Topeng Penthul dan Blancer, adalah abdi pawon atau bahasa sekarang adalah pembantu rumah tangga. Jaran Kepang, jaran kepang itu sendiri ada dua kategori, yang pertama jarang kepang yang kepalanya ke atas, merupakan jaran kepang yang dipakai oleh senopati. Yang kedua adalah jaran kepang yang kepalanya ke bawah, merupakan jarang kepan yang dipakai oleh prajurit.
Setiap kesenian pasti mempunyai ciri khas tersendiri dalam hal alat musik. Alat music yang digunakan pada kesenian jathilan di Miriombo Wetan ini tentunya sama dengan jathilan-jathilan yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta yaitu kendhang, kempul, gong, dan drum.
Kesenian jathilan Wahyu Turonggo Mudho ini dipentaskan dalam acara-acara dusun maupun ketika ada orang yang mengundang. Sebelum pementasan pengurus harus melakukan ritual seperti puasa atau laku lainnya. Pada saat pementasan juga harus disediakan dua sesajen. Sesajen yang pertama berupa ancak atau tumpengan yang diletakkan di dalam ruangan atau dalam rumah. Dan yang kedua adalah sesaji yang diletakkan di luar atau di depan pemain jathilan yang berupa jajanan pasar.
Kesenian jathilan Wahyu Turonggo Mudho juga merupakan suatu organisasi yang berada di dusun Miriombo Wetan, yang masih melestarikan seni jathilan. Dalam kesenian Wahyu Turonggo Mudho, selain mereka bisa bertemu antar anggota saat pementasan maupun gladhen atau latihan, mereka juga mengadakan pertemuan rutin setiap tiga bulan sekali dengan tujuan untuk memperkuat jiwa korsa antar anggota. Dan juga selalu terbuka lebar untuk pemuda-pemudi di Dusun Miriombo Wetan dan sekitarnya untuk ikut bergabung dalam kesenian tersebut.
Gambar
Narasumber
- Pujo Wandi, 51 tahun, Dusun Miriombo Wetan RT 02/RW 06, Desa Giritengah