(Narasi oleh: Andy Anssah dan Vinanda Febriani)
Narasi
Di kalangan masyarakat Desa Karangrejo, masih terdapat beberapa benda pusaka yang masih dihormati, baik karena nilai sejarah maupun nilai spiritualnya. Beberapa pusaka tersebut yaitu Manuskrip Al-Qur’an tulisan tangan, bandhe penantang, dan tombak. Ketiga pusaka tersebut disimpan oleh salah seorang warga Desa Krangrejo, Bapak Wardoyo.
Manuskrip Al-Qur’an
Manuskrip Al-Qur’an ini merupakan peninggalan lurah pertama Desa Karangrejo, Raden Ahmad Anom. Beliau menulis tangan Al-Qur’an ini sendiri. Belum diketahui secara pasti berapa usia AL-Qur’an ini sebenarnya. “Ya saya dulu juga Cuma dikasih saja, ndak tau sejarahnya bagaimana,” ungkap Pak Wardoyo. Tampak pada surah Al-Fatihah, bingkainya dilapisi emas. Kini, kondisi fisik Al-Qur’an tulis tangan ini sudah mulai rusak lantaran dimakan rayap.
Bandhe Penantang
Bandhe ini konon dulunya digunakan untuk memanggil prajurit dari berbagai dusun di Desa Karangrejo. Jika dipukul dengan kode tertentu, maka orang-orang akan berkumpul di pendopo kecamatan. Namun, saat ini, apabila bandhe penantang ini dipukul akan muncul keributan. “Dulu pernah ada yang mukul ini iseng, ternyata setelah itu, ada keributan dan bergilir. Ada juga maling yang tertangkap,” jelas Pak Wardoyo.
Tombak
Tombak yang ada di rumah Pak Wardoyo ini pernah menjadi alat perang bersama Pangeran Diponegoro. Saat ini menurut Pak Wardoyo, jika tombak tersebut dijual maka satu desa akan merasakan kepanasan seperti terbakar. “Jadi, apapun alasannya, tombak ini dilarang untuk diperjualbelikan. Bisa terbakar nanti satu desa,” ungkap beliau.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Pak Wardoyo, Pemerhati budaya, desa Karangrejo