(Narasi Oleh : Elka Hanna Setia dan Fredy Trifani)
Narasi
Mayoritas mata pencarian masyarakat di Desa Kebonsari adalah membuat kerajinan bambu. Kerajinan ini telah dikembangkan menjadi berbagai macam jenis kerajinan berbahan bambu. Keahlian membuat kerajinan bambu ini telah diwariskan secara turun temurun dari generasi terdahulu. Berdasarkan penuturan Bapak Suyidi (58 tahun) kerajinan anyaman bambu merupakan salah satu kerajinan bambu yang paling tua di Desa Kebonsari, karena telah ada sejak zaman dahulu dan hingga sekarang tidak diketahui siapa pencetus pertama kali anyaman bambu tersebut. Hingga saat ini, anyaman bambu masih eksis dan terus dibuat menjadi berbagai macam produk bambu oleh masyarakat Desa Kebonsari, terutama di Dusun Gunung Mijil. Umumnya, kerajinan bambu ini akan dikerjakan oleh sesepuh atau orang tua yang sudah lanjut usia. Beberapa jenis anyaman yang masyarakat buat adalah kalo, eblek, tampah, dan tedo.
Setiap anyaman memiliki fungsi masing-masing, salah satu fungsi yang dari masing-masing anyaman, seperti kalo digunakan untuk wadah saringan saat memeras santan atau wadah untuk menyaring bahan yang berair. Lalu tampah digunakan untuk wadah menjemur gabah, wadah mengeringkan makanan, misal kerupuk, nasi sisa, dan masih banyak lagi. Tampah juga bisa untuk jadi kerajinan seni apabila diberi gambar, dengan memberi motif pada tampah agar membentuk suatu gambar yang menarik seperti gambar pemandangan, bunga, dan biasanya sering digunakan untuk pameran atau kerajinan seni anak sekolah.
Dengan berkembangnya zaman, kerajinan bambu terus mengalami perkembangan dari anyaman bambu hingga menjadi berbagai macam fungsi seperti pulpen bambu, kalung bambu, gantungan kunci, tas bambu, dan gelang bambu seperti yang telah dicetuskan oleh Bapak Suyidi. Beliau merupakan salah satu perajin bambu di Dusun Cakran, Desa Kebonsari. Kerajinan bambu yang pertama kali beliau buat adalah kalung bambu. Hasil produksi kerajinan bumbu tersebut dijual hingga sampai ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapore. Pemasaran yang telah dilakukan Bapak Suyidi biasanya dengan menjual kerajinan bambu tersebut ke Taman Candi Borobudur, karena banyaknya wisatawan yang datang dari berbagai kota bahkan berbagai Negara. Dengan datangnya wisatawan yang datang, telah memudahkan beliau dalam mengenalkan dan mempromosikan hasil karyanya yaitu kerajinan bambu, sehingga wisatawan tertarik untuk membeli kerajinan bambu. Tidak hanya ke luar negeri, kerajinan bambu yang dibuat Bapak Suyudi telah terjual hingga luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera.
Bambu yang digunakan untuk membuat kerajinan tersebut menggunakan jenis bambu yang berbeda-beda seperti bambu ampel, bambu wulung, dan bambu apus. Karena banyaknya pohon bambu yang tumbuh di lingkungan Desa Kebonsari maka memudahkan masyarakat untuk mendapatkan bambu sebagai bahan pembuatan kerajinan. Bambu sangatlah penting bagi masyarakat Desa Kebonsari karena menjadi bahan pokok untuk pembuatan kerajinan bambu. Bambu juga merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Selain kerajinan bambu yang telah disebutkan di atas ada kerajinan bambu yang dijadikan produk seperti teko dan gelas yang dibuat di Dusun Kebonwage. Meskipun perkembangan pada zaman sekarang yang sangat pesat dan banyak berbagai alternatif kerajinan bambu di luar sana, Desa Kebonsari tetap memegang aspek budaya yang telah diturunkan oleh nenek moyang serta tidak menghilangkan sisi budaya tersebut. Sebagian besar produk kerajinan bambu diproduksi secara tradisional atau secara manual menggunakan pisau seperti yang orang tua zaman dahulu ajarkan. Kerajinan bambu tetap dikerjakan oleh masyarakat dan kebanyakan menjadi mata pencaharian pokok untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Suyidi, 58 tahun, pelaku budaya, sesepuh desa Kebonsari
- Warga desa Kebonsari