(Narasi oleh Romdhoni dan Andika Ulinnuha)

Narasi

Ibu Musini (75 tahun), warga Dusun Nampan adalah seorang perajin kloso pandan atau tikar dari pandan. Beliau menekuni kerajinan ini sudah berlangsung selama 35 tahun. Ibu Musini memiliki dua orang anak, satu laki laki dan satu perempuan. Ibu Musini tinggal bersama anak perempuannya yang ada di Dusun Nampan, di rumah anaknya inilah beliau membuat kloso pandan. Untuk bahannya, beliau mendapatkan bahan baku kloso ini dari desa Sambeng dalam bentuk kiloan dengan harga 25 ribu per kilo.

Kata Ibu Musini (75 tahun), pembuatan kloso pandan tidak sulit, namun butuh ketekunan dan ketelatenan. Langkah pertama pembuatannya adalah bahan pandan digemblong atau ditumbuk dengan alu, dan kemudian dicuci berguna untuk membersihkan pandan. Pandan yang telah dicuci tadi dikeringkan dengan sinar matahari sampai benar-benar kering, agar pandan tidak putus waktu dianyam. Sebelum dianyam, helaian pandan ditumbuk lag tadi agar mekar dan tidak kusut. Lalu proses terakhir adalah penganyaman.

Dalam satu pembuatan kloso ini membutuhkan kira-kira satu setengah kilo pandan. Proses pembuatan kloso ini masih dilakukan dengan teknik tradisional yaitu dengan langsung menggunakan tangan. Satu lembar kloso biasanya dibuat selama kurang lebih tujuh hari. Namun dulu saat masih pada usia produktif, Ibu Musini bisa menyelesaikan dalam kurun waktu tiga atau lima hari saja. Kloso pandan yang sudah jadi biasanya diambil oleh tengkulak, dan biasanya juga diambil oleh orang yang sering mengurusi jenazah. Satu lembar kloso dihargai Rp 100000.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mbah Musini , 75 tahun, sesepuh desa, pelaku budaya, Dusun Nampan Desa Tanjungsari

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...