(Narasi Oleh : Elka Hanna Setia dan Fredy Trifani)

Narasi

Kesenian yang ada di Dusun Gupit adalah kesenian dayakan yang diberinama Satrio mudo yang berdiri sudah sejak tahun 24 Agustus 2002 dibangun oleh para pemuda Dusun Gupit kenapa diberi nama satria muda? Diharapkan para pemuda memiliki sifat pemuda kesatria yang kokoh dan kuat. Hingga saat ini anggota dari kesenian dayakan adalah para pemuda, dan yang pemain lama menjadi pembimbing dari anggota yang baru. Satrio Mudo memiliki seorang pelatih sebagai pembimbing dari setiap gerakan, pelatih pertama kali yaitu dari kali tengah, kedua era formasi kesenian topeng ireng tahun 2009-2010 mulai ada kreasi tarian dari Bapal Lukman, Satrio muda dibimbing oleh Kesenian manusia rimba. Setelah mendapatkan bimbingan dari kesenian lain, satrio mudo mengikuti festival di Srigentan dan mendapatkan juara 1. Menjadi juara 1 tidak menjadikan satrio mugo conggak, untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya satrio mudo tidak meninggalkan yang telah ada tetapi mengembangkan gerakan dengan menkreasikan gerakan sendiri. Sebelum adanya wabah covid-19 satiro mudo latihan rutin 2bulan sekali, tetepi apabila ada tanggapan meraka latihan setiap hari sampai hari H-1 sebelum pentas, satrio mudo sudah tampil sampai Kota Semarang di Gedung DPR dan Marimas, Lamongan Bapak Lukman yang membawa satrio mudo untuk tampil disana, lalu Jakarta pada Titik Puspa. Satrio muda pentas terakhir kali di Balkondes Kebonsari

Dayakan adalah gambaran orang branggasan, tidak tau aturan, seperti hormonisasi kehidupan, dari coretan sebuah tinta itu seperti menuliskan apa yang akan mau kita lakukan seperti, garis yang lurus berarti kita memiliki filosifi hidup yang lurus, kalau coretan dari segi keindahan biasanya ada coret-coretan yang dipadu dengan berbagai warna itu merupakan dari “spirite of mental way of life…”. Dan kenapa identic dengan warna hitam dan putih? Itu adalah gambaran manusia mas podin selaku narasumber mengatakan bahwa “seputih-putihnya manusia pasti ada hitamnya, sehitam-hitamnya manusia masih ada putihnya” yang maksudnya sejahat-jahat orang pasti masih memiliki 1 sifat baik, dan sebaliknya sebersih-sebersihnya hati manusia pasti memiliki sifat buruk karena manusia tidak ada yang sempurna. Kesenian dayakan identik dengan hiasan kepala yang disebut “kuluk”, dalam kesenian yang asli dari Kalimantan hiasan dikepala dayak ada bulu, sedangkan disini memiliki banyak bulu yang merupakan rangkaian bulu yang dikreasikan menurut kita itu indah. “kesenian itu adalah keindahan tergantung dari sisi mana kita memandang karena yang namanya kesenian baik itu gerakan, suara gerak langkah sebenerannya harmonisasi, filosofi kehidupan yang keindahan itu tidak harus sama ”. Kerincing yang berbunyi “cring… cring… cring” menurut Mas Podin kerincing itu adalah sebuah suara, suara itu akan bersuara ketika ada gerakan, hiudp akan bisa berubah menjadi baik dan buruk karena sebuah gerakan, kualitas dari kehidupan itu bukan dari suara tetapi dari apa yang kita lakukan. Didalam dayakan pasti ada sesi “montolan” kenapa diadakanya montolan karena mencerminkan kehidupan manusia, manusia itu bermacam-macam ada yang guyonan, serius, petakilan, ora pakeman ketawa ketiwi. Sedangkan Ndas-ndasan mencerminkan sifat dari manusia, ketika manusia tidak memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi, maka dinamakan seperti hewan. Ketika manusia ingin adigang adigung adiguno ngakali kancani, dapat dilihat dari ndas-ndasan itu sendiri, sifat manusia yang kebinatang-binatangan juga berguna bagi manusia yang lain seperti sapi, kerbau tetapi juga dapat membahayakan bagi dirinya sendiri.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mas Podin, pelaku budaya, dusun Srigentan desa Kebonsari

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...