(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)
Narasi
Ada sebuah tempat di Desa Karanganyar yang dinamakan dengan sebutan Kotak Nogo, letaknya di sebelah barat Dusun Klipoh desa Karanganyar. menurut cerita dari masyarakat tempat tersebut dulunya menjadi tempat dimana terjadi perang antara pasukan diponegoro dan pasukan belanda. Siapa yang tak mengenal nama Pangeran Diponegoro, nama tersebut sangat tidak asing ditelinga masyarakat jawa.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro memimpin Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dalam perang besar yang hampir meruntuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia. Pada sekitar tahun 1825-1830 terjadi perang gerilya di sepanjang Bukit Menoreh salah satunya yang terjadi di Desa Karanganyar. Menurut Mas Nurofiq selaku penggiat budaya, Pada waktu itu terjadi pengejaran antara pasukan belanda yang bermarkas di Karesidenan Kedu dengan pasukan pangeran diponegoro yang bertempat di Bukit Menoreh.
Ular naga
Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu di wilayah sekitaran Desa Karanganyar tepatnya di Dusun Klipoh yang lokasinya di sebelah barat Sungai Klipoh. Terjadilah perang antara pasukan Diponegoro dan pasukan belanda ditempat tersebut. Semasa perang, banyak prajurit dari kedua pasukan yang tewas terbunuh akibat perang yang terjadi di waktu itu baik dari pasukan pangeran diponegoro maupun dari pasukan Belanda. Setelah perang selesai banyak mayat prajurit dari kedua pasukan yang tergeletak di tempat tersebut. kemudian untuk membersihkan lokasi dari mayat prajurit yang gugur agar tidak membusuk dan menimbulkan bau yang tidak enak, akhirnya Pangeran Diponegoro melemparkan sebuah sisir ke tanah dan seketika sisir tersebut berubah menjadi sosok ular naga yang besar. Sisir yang berubah menjadi ular naga menelan mayat-mayat yang tergeletak baik dari pasukan pangeran diponegoro maupun dari pasukan belanda dan seketika ular naga tersebut masuk kedalam tanah bersama mayat yang ditelan kemudian menghilang di suatu tempat sekitaran lokasi terjadinya perang tersebut.
Tempat menghilangnya ular naga yang masuk kedalam tanah tersebut akhirnya dinamakan dengan sebutan Kotak Nogo. Sampai sekarang masyarakat masih menyebut tempat itu dengan sebutan kotak nogo. Nama kotak nogo artinya adalah sebuah tempat yang berbentuk kotak dan nogo yang artinya ular naga.
Cerita-cerita
Karena sejarah Kotak nogo yang panjang, banyak berkembang di kalangan masyarakat mengenai cerita-cerita yang ada di tempat tersebut. Bahkan ada dari warga masyarakat Dusun Klipoh yang pernah melihat benda berupa keris di sekitar tempat kotak nogo kemudian keris tersebut seketika berubah menjadi sosok ular dan terbang ke arah Bukit Menoreh dengan mengeluarkan suara seperti angin yang besar lalu menghilang di sekitar Bukit Menoreh. Ada juga sebuah cerita dimana pernah ada orang yang melihat sosok ular besar berjalan di tempat tersebut dan menurut ceritanya orang tersebut tidak melihat kepala ular dan ekornya karena menurut cerita ular tersebut sangat besar.
Menurut cerita dari warga Dusun Klipoh, di sekitaran kotak nogo warga sering melihat munculnya sosok ular hitam yang berukuran besar. Ular tersebut sering menampakkan wujudnya ketika siang hari menjelang masuk sholat dhuhur, masyarakat percaya bahwa ular tersebut muncul untuk mengingatkan bahwa sudah masuk waktu sholat dhuhur dan waktunya beristirahat.
Tanah gerabah
Adapun cerita jaman dahulu ketika petani membajak sawah masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan kerbau sebagai alat membajak sawahnya. Kerbau yang digunakan untuk membajak sawah di sekitaran kotak nogo sering mengalami lumpuh bahkan berujung dengan kematian. Ada yang mengatakan penyebab kelumpuhan tersebut dikarenakan oleh gigitan ular yang menjaga tempat kotak nogo.. Ada juga yang mengatakan bahwa penyebab lumpuhnya kerbau tidak berkaitan dengan gigitan ular melainkan tanah di sekitaran kotak nogo tergolong tanah yang mempunyai serat yang kuat. Terbukti bahwa tanah tersebut menjadi sumber bahan tanah terbaik untuk dijadikan gerabah.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Nurofiq, pemerhati buday, dusun Klipoh desa Karanganyar