(Narasi oleh Wahyu Nur Rahman dan Abdul Kholiq Kurniawan)

Narasi

Pada malam sabtu tepatnya setelah isya, saya ditemani Linda KKN UNY Jurusan Bahasa Jawa ke tempatnya Bapak Budi Sutrisno 64 tahun. Ternyata beliau memiliki nama asli Muhadi. Bapak Budi mempunyai tugas sebagai juru kunci makam Dusun Sigug dan Senden. Profesi ini diturunkan dari ayahnya.

Menurut Bapak Budi, di pemakaman ini terdapat makam cikal bakal Dusun Sigug yaitu Kyai Sigeg. Di sinilah cerita Dusun Sigug dimulai Ketika ada pasukan belanda mengejar sampai sawah di daerah Sigug maka akan ke-sigeg. Sigeg itu seperti kehilangan jejak dan kembali. Jadi Kyai Sigeg seperti membuat perisai besar tak terlihat yang membuat desa Bumiharjo menjadi aman.

Pada tahun 10 juni 1993 oleh pak umar bapaknya kadus lukanto, makam kyai sigeg di porselin dan di buatkan cungkup. Maka membuat pergantian nisan dari Mbah Kyai Sigeg, tetepi di sebelah Kyai Sigeg juga ada cungkup yang di bawahnya masih ada nisan kayu yang dipercaya adalah lurah pertama di Dusun Sigug.

Makam kyai Sigeg berada di sebelah timur dari Dusun Sigug dan di tengah dari kuburan. Di samping ada pohon kamboja ratusan tahun yang sekarang sudah mati jadi membawa kesan mistis. Kuburan Sigug juga mempunyai fasilitas sumur, tempat wudhu, dan listrik bersamaan dengan listrik kali winong karena tidak jauh dari lokasi.

Para peziarah makam membawa bunga dan ada yang memetik daun puring dan diletakkan di atas makan. Daun itu banyak berada di makam selain Mbah Sigeg. Berdasarkan penuturan Bapak Budi, apabila daun tersebut belum kering, maka dosa dari yang meninggal akan terus diampuni. Setiap malam jumat dan hari tertentu banyak peziarah yang datang untuk berdoa. Di dalam makam atau cungkup terdapat kloso (tikar pandan) yang disediakan untuk para peziarah saat berdoa atau menginap

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Budi Sutrisno/Muhadi, 64 tahun, pelaku budaya desa Bumiharjo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...