(Narasi oleh Nurul Amin H. dan Wasis)

Narasi

Masjid Tiban merupakan masjid tertua di Desa Kembanglimus dan sekitarnya. Uniknya, hingga saat ini asal mula keberadaan masjid tersebut masih menjadi misteri. Tidak ada yang tahu kapan dan siapa yang membangun masjid tersebut. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Tiban, tanpa diketahui latar belakangnya, tiba-tiba saja ada dan berdiri di samping Sungai Tangsi, Kembanglimus. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa masjid tersebut tiba-tiba ada dalam semalam. Untuk itu, masyarakat memberikan nama Tiban untuk merujuk masjid tertua di Desa Kembanglimas tersebut.

Pada hari ini Selasa yang cerah, Kami tim penulis, berencana mencari tahu tentang masjid tiban Dusun Kauman Desa Kembanglimus. Cuaca yang panas dan sinar matahari yang terik tidak menyurutkan niat kami. Dengan mengendarai sepeda motor, kami menyusuri jalan yang menanjak dan menurun, memotong jalan raya yang beraspal, dan menyusuri jalan cor blok di bawah kanopi rimbunnya pohon bambu di kanan dan kiri jalan menurun menuju Rumah Bapak Kiai Muhdi. Sesampai di kediaman Kiai Muhdi, ternyata beliau sedang tindak (pergi). Ibu Nyai mempersilakan Kami untuk masuk dan menunggu, sembari Beliau memanggil Pak Kiai. “Monggo, pinarak nglebet. Sekecakke riyin, kulo purugane Bapak”, ucap Bu Nyai kepada Kami.

Segera setelah Bapak Kiai Muhdi A. M. rawuh (datang), Kami menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami. Menurut keterangan Kiai Muhdi, Masjid Tiban telah berdiri kurang lebih sejak tahun 1932 mengikuti tulisan yang ada di pengeret (bagian dari kerangka bangunan) Masjid Tiban sebelum diganti dengan bangunan beton. Pengeret tersebut saat ini disimpan di atas soko (tiang) cungkup (bangunan yang menutupi makam) Imam Masjid Tiban, karena sudah tidak digunakan lagi. pada pengeret tersebut terdapat tulisan angka 17.1932, yang diduga merupakan tanggal pendirian masjid.

Hingga saat ini, Imam Masjid Tiban masih berasal dari satu silsilah. Pada saat itu, Kiai Muhdi menunjukkan kitab peninggalan kakeknya yang tulisannya masih bisa terbaca dengan jelas meskipun secara fisik kitab tersebut sudah rusak termakan usia dan dimakan renget (binatang kecil perusak kain dan kertas).  Setelah menceritakan Panjang lebar, Bapak Kiai Muhdi juga mengajak saya ke makam simbah Beliau dan menunjukkan sisa pengeret yang ada tulisan angkanya. Pada soko cungkup, dipajang fotokopi  silsilah Imam yang disemayamkan di sebelah barat Masjid Tiban tersebut.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Bapak Kiai Muhdi, Desa Kembanglimus

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...