(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji dan Khoirul Fai)

Narasi

Malam Sabtu beberapa waktu yang lalu, sekitar pukul 23:15, saya lek-lekan untuk ngobrol di cakruk atau pos ronda Dusun Kedungan 1, Desa Sambeng, bersama Mbah Prayit (68) dan Mbah Mugi (63). Ditemani secangkir teh untuk menghangatkan badan karena memang cuaca malam itu sangatlah dingin, saya mendapat wejangan pengertian-pengertian tentang salah satu tetembangan macapat yaitu tembang Asmaradana beserta artinya.

Selain itu, saya menyanyikan tetembangan bowo langgam setyo tuhu dan diartikan oleh Mbah Prayit dan juga Mbah Mugi.

Pamintaku nimas sido asih              

,atut runtut tansah reruntungan      

,ing sarino sawengine,                      

 datan ginggan sak rambu                

,amung adoh caketing ati                 

Yen cedak tansah mulat                   

Sido asih tuhu                                   

,pindo mimi hamintuno,                   

hayo nimas bareng hanetepi wajib   

 sido asih bebrayan   

Artinya:

Permintaanku, kekasih yang tercinta

sehati selalu bersama

di siang dan malamnya

tak berpisah walaupun hanya sehelai rambut

jauh di mata dekat di hati

bila bersama selalu teringat

cintaku kepadamu bersungguh-sungguh

seperti mimi dan mintuno

Ayo, kasih menjalankan perintah hati (pernikahan)

saling mencintai, selalu bersama

Setelah menyanyikan lagu, kemudian saya meminta Mbah Mugi dan juga Mbah Prayit untuk menjelaskan apa makna yang terkandung di dalam bait lagu tersebut.

Mbah Mugi dan juga Mbah Prayit sangat apresiasi dan tampak bersemangat. Mereka mengawali penjelasan dengan senyum.

Ngene yo putuku sejatine tetembangan sing mok lagokke kui mau nyritaake kahanan cah enom sing gek kasmaran sak rumakete, yo koyo sampean iki,” kata Mbah Prayit.

Kok saget ngoten mbah,niki kulo dereng semerap maknane, mbok bilih panjenengan longgaring penggalih saget nerangaken tetembangan kasebat,” tanya saya.

Kui ngene putuku,” lanjut Mbah Prayit sembari memaknai arti dari tembang tersebut.

Secara ringkas, isi tetembangan yang dinyanyikan tersebut adalah.Pertama, maksudnya ngemu wigati, orang yang lagi senang-senangnya berpacaran kalau istilah sekarangnya, orang itu karena perasaannya yang mendalam dia itu tidak ingin berpisah walaupun hanya sejarak rambut sehari semalam tidak ingin berpisah

Ketika menjalani kasih, jangan cuma hati tapi juga sertakan pikiran, selidik asal-usul, baik buruk tingkah dari calon pasangan, dan ketika sudah dapat/cocok maka dilanjutkan menuju ke kursi pernikahan.

Seperti itulah penjabaran dari lagu bowo langgam setya tuhu. Mereka menyudahi perbincangan karena waktu sudah menunjukkan 00.30wib dan kemudian membereskan gelas teh yang tadi dibawa ke tempat cangkrukan dan kemudian pulang ke tempat masing-masing.

”Carilah jodoh yang baik kelakuannya dan memberi pengaruh baik untuk keluarga dan juga masyarakat lain,jangan sampai salah pilih,karna jika salah pilih menyangkut jodoh maka akan jadi kekecewaan untuk selamanya,” pesan Mbah Prayit sebelum pulang.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mbah Prayit, 63 tahun, sesepuh desa, pelaku Budaya, desa Sambeng
  • Mbah Mugi, 63 tahun, sesepuh desa, pelaku Budaya, desa Sambeng

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...