(Narasi oleh Alia Noviardita)
Narasi
Pernah mendengar istilah rambutku mahkotaku? Yap istilah ini muncul bukan tanpa sebab, rambut harus dirawat dengan baik supaya tidak menimbulkan penyakit di kepala. Rambut yang bagus terawat juga akan meningkatkan penampilan dari si pemilik rambut. Dalam kehidupan masyarakat desa terutama di Desa Bigaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk merawat rambut diantaranya adalah:
Jenthiran
Jenthiran merupakan sebuah kegiatan mengikat rambut dalam Bahasa jawa. Jenthiran dilakukan dengan menggunakan karet. Biasanya anak anak yang belum mampu atau keinginan mereka saja, akan dibantu ibunya untuk menjenthir rambutnya.
Siang itu, Ibu Siti Munafingah (38 tahun) sedang menjenthir rambut anaknya. Saat itu, beliau baru saja memetani anaknya. Untuk merapikan rambutnya beliau menyisir rambut anaknya kemudian menjenthir rambut sehingga akan tampak rapi. Bukan hanya itu hawa yang panas juga menjadi penyebab anak ingin dijenthir, karena dengan dijenthir akan mengurangi rasa sumuk.
Menurut narasumber, cara menjenthir adalah dengan berada di belakang orang yang akan dijenthir dan duduk lebih tinggi dari yang akan dijenthir. Sebelum dijenthir, rambut akan disisir terlebih dahulu mengumpulkan rambut satu di bagian belakang. Karet yang sudah siap berada di pergelangan tangan kemudian dimasukkan ke dalam kumpulan rambut dan diikat dengan dua sampai tiga kali putaran.
Metani
Metani adalah kegiatan mencari tumo atau kutu di rambut. Azizah, umur 11 tahun, dia memiliki kutu di dalam rambutnya baru baru ini saat dia kelas 6 MI/SD. Kemudian Ibu Siti Munafingah, umur 38 tahun, ibu dari Azizah, membantunya untuk menghilangkan kutu di rambutnya yaitu dengan cara metani.
Alat yang digunakan saat metani adalah sisir suri atau seret. Bentuknya seperti sisir tetapi yang membedakan adalah lebih rapat dibandingkan sisir biasa sehingga saat digunakan untuk menyisir rambut, kutu akan lebih mudah menempel pada suri.
Saat melakukan kegiatan metani, anak biasanya berada di depan ibunya dengan posisi ibu lebih tinggi dari si anak. Kemudian dengan cara disisir menggunakan suri kutu bisa menempel pada suri atau kutu jatuh di baju bagian belakang. Kemudian dibiak, maksud dari dibiak adalah membuka setiap sela rambut hingga dapat terlihat kulit rambutnya, disitulah kutu bisa terlihat menempel pada kulit kepala atau helaian rambutnya. Setelah dibiak, telur kutu atau liso dan kutu yang terlihat akan diambil dan diplites/ditekan menggunakan kuku hingga mati. Menurut cerita Ibu Munafingah, ada sebagian orang membunuh kutu ini dengan cara digigit.
Gambar
Relasi Budaya
Narasumber
- Ibu Siti Munafingah, 38 tahun, Desa Bigaran