(Narasi oleh Wahyu Nur Rahman dan Abdul Kholiq Kurniawan)
Narasi
Ora ilok atau pamali sering dilontarkan oleh orang tua kepada anaknya, seperti dulu yang sering aku alami “Ora ilok Njagongi Bantal mengko bokonge wudunen” (jangan menduduki Bantal nanti pantatnya akan bisulan) “madang ra nang ngarep lawang, Ora ilok marai adoh jodo” (Makan Jangan didepan pintu, tidak baik nanti jauh dari jodoh) “nek nyapu sing resik mengko bojone brewoken” (kalau sedang menyapu harus bersih, jika tidak nanti suaminya akan brewokan) ini kata-kata yang dulu sering aku dengar baik dari Ibu Siti Marfu’ah. Kebanyakan kalimat ora ilok ini pakai bahasa jawa ngoko, seperti sebuah pitutur seorang ayah kepada anaknya yang menggunakan jowo ngoko.
Ora ilok secara logika tidak nyambung antara sebab dan akibatnya namun ini masih berlaku dan tetap dijalankan dan dipatuhi oleh masyarakat. Banyak kalimat ora ilok ini bersifat larangan, baik disertai akibat ataupun tidak.
“Ora ilok wong lanang nek bojone meteng nglarani utowo mateni kewan” tidak boleh seorang suami saat istrinya hamil melukai atau membunuh hewan. Kalimat ini sampai sekarang masih sangat ampuh dan dijalankan pada masyarakat. Karena masyarakat percaya akan ada karma yang menimpa sang bayi saat lahir nanti. Seperti beberapa cerita yang saya dengar dari ayah dan ibuku tentang apa yang dialami seorang bayi yang baru lahir mengalami kecacatan fisik dan diruntut-runtut disebabkan sang ayah bayi entah sengaja atau tidak melukai seekor hewan. “lha kae critane mbiyen pas bojone meteng ki nabrak asu jur ra dopeni, njur anake lahir kok dadi lumpuh” yang artinya, dulu suaminya menambrak anjing dan tidak dirawat, ketika anaknya lahir kaki si bayi menjadi lumpuh. Ada lagi cerita “Mbahmu ki mbiyen pas metenge Pakdhe, cilike pak de ki nangis wae njur golekke jangkrik lha jur sikile mburi di pritli ro mbahmu ben ra nylentik pakdhe mu, lha kok pas lahire pakdhe kok amit-amit driji sikile do raono”. Entah ini sebuah kebetulan atau tidak, tetapi sejauh penglihatan kami ora ilok memang benar adanya.
Gambar
Narasumber
- Ibu Siti Marfu’ah, perempyan warga desa Bumiharjo