(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)

Narasi

Pada masa Perang Kemerdekaan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro (1825-1830), Laskar Pangeran Diponegoro melakukan perang gerilya sampai ke wilayah Bukit Menoreh. Saat Perang gerilya melawan penjajah masih terus berlangsung, Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda di Magelang. Namun,  banyak para prajurit Pangeran Diponegoro yang tetap tinggal di sekitar Bukit Menoreh dan mendirikan pemukiman di sekitarnya. Permukiman tersebut yaitu Desa Giritengah dan Desa Karanganyar.

Pembentukan desa

Pembentukan Desa Karanganyar bermula dari perintah langsung dari Lurah Giritengah kepada putra mantunya untuk mengelola tanah di sebelah utara desa sebagai pemekaran dari Desa Giritengah. Beliau juga memerintahkan 4 orang kepercayaannya untuk membantu di dalam pemerintahan di daerah baru tersebut, yaitu Kyai Kundi, Kyai Sutopo, Kyai Ragil, dan Nyai Kalipah. Atas dasar saran dari keempat abdinya tersebut, maka disepakati bahwa daerah baru tersebut dinamakan Kelurahan Karanganyar.

Asal usul nama

Menurut Bapak Suyanto (50 tahun) selaku kepala desa saat ini, Nama Karanganyar berasal dari 2 kata, yaitu “Pekarangan” yang berarti tanah/daerah, sedangkan “Anyar” yang berarti baru. Sehingga dapat diartikan Desa Karanganyar yang artinya “Daerah Baru” atau “Desa Baru”. Sedangkan penamaan “peken lemah enggal” juga diambil dari penamaan wilayah tersebut, yaitu peken yang berarti pasar, lemah berarti tanah/pekarangan sedangkan enggal yang berarti baru. sehingga peken lemah enggal yang artinya Pasar Karanganyar.

Peken Lemah Enggal

“Peken Lemah Enggal” sendiri berdiri setelah keempat abdi dan para pengikutnya yang tinggal di wilayah tersebut berkeinginan memenuhi kebutuhan masyarakat sehari hari baik dari segi sandang, papan dan pangan agar lebih mudah. Seiring berkembangnya waktu peken lemah enggal dijadikan pusat perbelanjaan untuk warga wilayah Kelurahan Giritengah, Kelurahan Ngadiharjo dan Kelurahan Karanganyar sendiri. Bahkan pada masanya, ada sebagian warga yang melakukan penukaran barang yang berupa gerabah dengan barang yang mereka inginkan. Dikarenakan di salah satu dusun di Kelurahan Karanganyar terdapat sekelompok warga yang memiliki kemampuan ahli membuat gerabah, seperti kendil, kuali,  gelas, piring dan alat alat lainnya.

Sentra gerabah

Dan industri kerajinan tersebut masih dapat dijumpai di Dusun Klipoh Desa Karanganyar, bahkan menjadi daya tarik wisata unggulan di Karanganyar. Pasar lemah enggal ini masih ada hingga sekarang, namun hanya ada saat pagi sekitar jam 05.00 – 08.30 WIB, namun yang dijual didalamnya masih sama sejak dahulu seperti makanan tradisional, perlengkapan rumah dan sandang. Selain itu, pasar ini masih menjadi pusat perputaran ekonomi seluruh masyarakat Karanganyar.

 

Gambar

Narasumber

  • Bapak Sunyanto, 50 tahun, kepala desa Karanganyar (tahun 2021)

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...