Kisah Pasar Gayam
(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Pasar Gayam merupakan pasar tradisional yang saat ini berada di wilayah dusun Gayam RT 001 RW 001, Desa Giripurno dan Dusun Karangsari, Desa Ngargoretno. Pasar ini merupakan pasar yang beroperasi setiap hari pasaran jawa yakni pahing dan kliwon setiap pagi hari. Pengguna pasar ini adalah warga masyarakat Desa Giripurno, Desa Ngargoretno, Desa Ngadiharjo, dan kadang juga warga masyarakat dari desa lainnya.
Puncak Ketepeng
Untuk mengetahui sejarah mengenai pasar Gayam ini, saya mengunjungi kediaman Bapak Sudarto yang beralamatkan di dusun Gayam RT 003 RW 001. Beliau merupakan tokoh masyarakat yang berusia 68 tahun. Menurut beliau Pasar Gayam yang ada saat ini dahulunya tidak di tempat tersebut, akan tetapi berada di tempat yang saat ini bernama puncak Ketepeng atau Ketepeng Hill. Akan tetapi untuk nama pasar tersebut tetap sama, yakni Pasar Gayam. Lokasi Puncak Ketepeng berjarak sekitar 1800 meter ke arah selatan atau naik dari pasar yang sekarang. Penamaan “Gayam” berasal dari pohon yang ditanam di tempat tersebut, yakni pohon Gayam. Sedangkan pohon Gayam yang berada di Puncak Ketepeng, konon ditanam oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, namun Bapak Sudarto tidak ingat kapan tahun penanaman pohon Gayam tersebut.
Pindah tempat
Pasar Ketepeng pada awalnya berjalan beberapa waktu. Pasar tersebut menjadi pasar perbatasan untuk melakukan transaksi jual beli berbagai komoditi dari Kulon Progo dan Borobudur. Konon, beberapa bangau (gazebo) sempat terbangun di tempat tersebut. Namun pada suatu hari, tempat itu dibuat bersinggah untuk mengantarkan jenazah karena kondisi hujan. Kemudian pasar tersebut tidak lagi digunakan, hingga kemudian pasar berpindah ke tempat yang sekarang. Pak Sudarto menyebutkan, peresmian pasar Gayam yang baru antara tahun 1958. Beliau bercerita pada saat peresmian pasar Gayam tersebut, banyak tentara yang ikut menghadiri acara peresmian pasar. Salah satu dari tentara tersebut ada yang menggunakan tongkat dari “bogol” (batang pohon singkong). Dan pada tongkat tersebut dia membawa pisang, yang kemudian menjadi guyonan karena pisangnya telah habis.
Pahing & Kliwon
Pasar Gayam yang baru tersebut hingga saat ini masih aktif beroperasi pada pasaran jawa Pahing dan Kliwon. Dahulu, Pasar Gayam juga menjadi tempat transit oleh para pendaki yang menuju ke Puncak Suroloyo ketika tahun baru Suro. Para pendaki dulunya beristirahat di tempat tersebut sebelum melanjutkan pendakian. Mereka merupakan pendaki yang kebanyakan berasal dari desa atau daerah lain. Satu dua hari sebelum tanggal 1 Suro mereka telah berlalu-lalang dan memulai pendakian. Pasar Gayam kemudian menjadi tempat peristirahatan karena tempatnya yang cukup lapang. Setelah acara Suran di Puncak Suroloyo selesai, ketika hendak pulang mereka juga terlebih dahulu beristirahat di Pasar Gayam. Jumlah pendaki tersebut ratusan dan bahkan lebih dari seribu orang. Karena keramaian tersebut, di Pasar Gayam pun banyak pedagang, khususnya pedagang panganan meski tidak sedang pasaran. Panganan yang dijual pun beraneka ragam, dari geblek dan gorengan hingga makanan berat. Dulu yang paling terkenal adalah warung Den Suwito. Di warung ini dijual nasi dengan lauk ayam opor dan lainnya. Menu yang populer adalah nasi pupu tekuk, atau nasi dengan lauk bagian kaki dari paha sampai cakar. Jauh hari sebelum tanggal 1 Suro banyak warga masyarakat yang memimpikan ketika acara suran akan jajan di warung den Suwito dengan menu tersebut.
Pentas kesenian
Selain jajanan keramaian lainnya adalah judi dadu atau dikenal sebagai Klutuk. Ketika waktu itu belum banyak larangan perjudian, para bandar judi klutuk berjajar di sepanjang Pasar Gayam dan dikelilingi oleh para penjudi yang memasang taruhan. Karena keberadaan keramaian tersebut maka di sekitar lokasi tersebut juga sering diadakan pentas kesenian. Biasanya ada pentas seni Topeng Ireng, Jatilan, Bangilun atau kesenian yang lainnya.
Pendaki Suroloyo
Acara Suran tersebut saat ini sudah tidak berjalan lagi dengan menurunnya jumlah pendaki ke puncak Suroloyo. Penduduk yang akan melihat atau mendatangi Puncak Suroloyo saat ini lebih banyak menggunakan kendaraan bermotor dengan terbangunnya beberapa jalur akses yang lebih modern.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Sudarto, 68 tahun, Dusun Gayam RT 02/RW 01, Desa Giripurno