(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)

Narasi

Bapak Agus Sumadyono (62 tahun), warga Dusun Jligudan, Desa Borobudur memiliki kemampuan sebagai seorang pawang hujan. Bapak Agus Sumadyono ini lebih akrab dipanggil Pak Madyo menuturkan lebih lanjut, bahwa kemampuannya bisa melakukan hal itu adalah naluri semata, tidak dari hasil berguru atau warisan dari leluhurnya. Beliau diberikan karunia oleh Tuhan untuk bisa berkomunikasi dengan para leluhur. Jadi cara beliau meminta izin kepada Tuhan hanya memindah hujan sementara adalah dengan meditasi dan berkomunikasi dengan para leluhur untuk meminta berkahnya supaya doa yang diutarakan terkabul.

Sesaji untuk Leluhur

“Awak dewe kui due pepunden sik isine poro leluhur, aku minta berkah mereka karena mereka yang sudah berada di alam lain yang lebih dekat dengan Tuhan” (Diri kita punya seseorang yang dihormati yaitu leluhur, aku meminta berkah kepada mereka karena sudah berada di alam lain yang lebih dekat dengan Tuhan) ujar Pak Madyo, ketika menjelaskan kepadaku bagaimana beliau melakukan pergeseran hujan tersebut. Disamping meditasi beliau juga menyediakan sesaji dan peralatan lain yang setiap pawang hujan bisa mengunakannya peralatan yang berbeda-beda. Sesaji yang digunakan Pak Madyo jenisnya banyak dan sifatnya rahasia. Beliau menuturkan ada sesaji khusus, sesaji khusus tersebut sesuai kesukaan cikal bakal daerah tersebut. Biasanya apabila mengetahui cikal bakal daerah tersebut akan mudah mengetahui apa yang disukai penunggu atau cikal bakal tersebut. Pada saat meditasi semua sesaji disiapkan, Pak Madyo menggunakan pakaian rapi atau terkadang berpakaian Jawa dan duduk bersila untuk komunikasi dengan yang ngrekso (penunggu) di lingkungan yang menjadi target. Beliau melakukan hal ini sendiri tanpa dibantu orang lain ataupun makhluk lain. Beliau hanya berdoa dan meminta berkah dari para leluhur untuk meminta izin kepada Tuhan supaya apa yang diinginkan terkabul.

Meditasi

Bapak Madyo biasanya melakukan meditasi di lokasi, namun tidak menutup kemungkinan beliau melakukannya di rumah. Menurutnya tergantung situasi, apabila terlalu jauh dan dimintanya mendadak maka beliau melakukannya di rumah. Kunci dari menghalau hujan tersebut adalah memahami lokasi. Apabila beliau melakukan meditasi di rumah untuk mensiasati lokasi yang belum beliau pahami, maka biasanya beliau meminta untuk menunjukan lokasi.

Laku prihatin

Syarat untuk menjadi pawang hujan menurut Bapak Madyo adalah hatinya harus bersih, tulus, selalu berpikir positif, dan diperbanyak laku prihatinnya. Prihatin disini yang dimaksud adalah mengurangi hawa nafsu setan. Ketika bermeditasi harus benar-benar tenang dan konsentrasi  supaya bisa mengendalikan diri masuk ketika ke alam lain. Beliau sudah menekuni profesi ini selama 20 tahun yang lalu.

 

Gambar

Lokasi

[map

Narasumber

Relasi Budaya

Sumber Lain

  • Bapak Agus Sumadyon, 60 tahun, sesepuh desa, pelaku budaya, dusun Jligudan desa Borobudur

Dari Kanal

Ulasan...