(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)
Narasi
Bisa ular
Pada sore hari, saya sengaja datang ke salah satu rumah warga di Dusun Pakem, Desa Majaksingi. Sebelumnya saya mendapat informasi dari ibu saya, jika di Dusun Pakem ini terdapat salah satu warga yang memiliki keahlian mengobati atau lebih tepatnya mengeluarkan bisa atau racun ular dengan suatu media tertentu. Rumah yang saya datangi ini adalah milik Pak Yasro (65 tahun), begitu orang-orang memanggilnya. Alasan saya datang sore hari, karena pekerjaan beliau ini sebagai petani, jadi menurut saya kemungkinan besar waktu sore adalah waktu yang tepat untuk bertamu ke rumah beliau. Benar saja, sewaktu saya datang, beliau juga baru saja pulang dari sawah.
Kayu Setigi
Lantas saya menjelaskan maksud dan tujuan datang, karena ingin mencari tahu mengenai pengobatan yang dilakukan oleh beliau dan dengan senang hati beliau menyambut kami. Tiba-tiba membuka lemari dan mengambil sesuatu. “Ha nggih niki alate kulo” (Ini alat milik saya) kata Pak Yasro sambil menunjukkan suatu bungkusan kain kecil berwarna putih. Sembari membuka isi bungkusan tersebut, yang saya pikir itu adalah batu dan ternyata bukan. “Niku watu?” (itu batu) tanya saya dengan penasaran. “Hudu mas, iki kayu” (Bukan mas, ini kayu) jawab Pak Yasro. Semakin tambah penasaran, saya meminta beliau untuk menceritakan lebih lanjut.
Doa tawasul
Benda tersebut adalah kayu setigi, yang menjadi media untuk mengeluarkan racun ular dari tubuh manusia. Pak Yasro, menjelaskan juga cara kerja dari benda ini dalam mengeluarkan racun ular. Pertama merendam kayu tersebut di dalam gelas berisi air sembari dibacakan doa tawasul kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, Sohabat Qodir Jaelani, Sohabat Papat Sunan Bonang, Mbah Maribongso, Mbah Ki Hajar, Mbah Kyai Mojo, lalu membaca Al-Fatihah 3x, Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 3x, An-Nas 3x, Istighfar 3x, Syahadat 3x, dan mengucapkan:
“bismillahi masya Allah lahaula walaquwata illabillah” sebanyak tiga kali kemudian pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya benda tersebut ditempelkan ke bekas gigitan ular, menurut beliau lama menempelkan benda tersebut bisa mencapai waktu 5 menit atau lebih tergantung banyaknya racun dan jenis ular yang menggigit. Menurut beliau ada beberapa jenis ular yang berbahaya diantaranya ular welang, gadung, dan dumung.
Awal mula dapat
Dari penjelasan Pak Yasro, beliau mendapatkan kayu setigi tersebut dari Almarhum Mbah Gubuk sebelum meninggal dan menurut beliau kayu setigi ini bisa juga termasuk benda pusaka, karena dahulu waktu mendapatkannya dengan cara menarik dari alam gaib. Beliau kemudian menceritakan sedikit awal mula bagaimana beliau diberi benda tersebut sekitar 30 tahun lalu. Awalnya Pak Yasrosowan ke rumah Mbah Gubuk, dan oleh beliau diperlihatkan tiga benda pusaka, salah satunya adalah kayu setigi tersebut. Ketiga benda tersebut dimasukkan ke gelas berisi air dan jari Mbah Gubuk dimasukkan ke salah satu gelas tersebut yaitu gelas yang berisi kayu setigi. Lalu kayu setigi tersebut langsung menempel ke jari Mbah Gubuk sewaktu dimasukkan ke dalam gelas. Dari situlah Mbah Gubuk memberikan benda tersebut kepada Pak Yasro. “Iki nggo kowe wae, Yas” (Ini buat kamu saja, Yas) begitulah Pak Yasro menirukan perkataan Mbah Gubuk sewaktu memberikan benda tersebut. Menurut beliau tidak ada perawatan khusus untuk benda pusaka tersebut, hanya dibersihkan dengan kain lap dan dibacakan doa seperti doa untuk mengobati tadi. Tidak ada hari tertentu juga untuk membersihkannya. Tapi biasanya dibersihkan saat sehabis salat magrib.
Tak hanya bisa ular
Pak Yasro menceritakan lebih lanjut, benda tersebut tidak hanya dapat mengobati dari racun ular, tetapi bisa juga gigitan kalajengking, kelabang, dan lebah. Bahkan yang tidak terlihat, dalam arti gigitan ular ghaib atau jadi-jadian. Menurut beliau, pernah ada pasien yang datang, tergigit ular tetapi dalam mimpi dan ada bekas gigitannya. Dari situ Pak Yasro menggunakan kayu setigi tersebut untuk mengobatinya, dan ternyata sembuh. Begitu sudah lamanya Pak Yasro memiliki benda pusaka tersebut semenjak diberi oleh Mbah Gubuk. Beliau sampai lupa sudah berapa banyak orang yang beliau bantu obati. Sebab menurut beliau hanya ingin ikhlas karena Gusti Allah, membantu lewat perantara benda pusaka kayu setigi tersebut.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Pak Yasro, 65 tahun, Dusun Pakem, Desa Majaksingi