(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Watu Leter
Mayoritas masyarakat Desa Giripurno berprofesi sebagai petani. Jenis pertanian yang dilakukan biasanya menyesuaikan dengan lahan yang dimiliki. Jika lahan tegalan biasanya ditanami tanaman polowijo atau kayu keras, sedangkan di lahan persawahan akan ditanami padi, jagung, atau sayur-sayuran. Lahan persawahan di Giripurno terletak di bagian lembah yang menjadi bagian dari dusun Parakan dan Miriombo Wetan (Bendo). Sedangkan untuk lahan tegalan ada di hampir semua dusun. Karakter tanah di Desa Giripurno berbeda-beda. Ada yang tebal ada pula yang tipis dan hanya menempel di batu gunung atau dikenal dengan istilah watu leter. Lahan tipis biasanya hanya ditanami tanaman semusim seperti jagung, cabai, atau sayuran. Untuk lahan yang tingkat ketebalannya sangat tipis biasanya hanya ditanami rumput kaliandra, kolonjono, pirisidi, dan sejenisnya. Sedangkan di tanah yang tebal dan subur ditanami cengkeh, tanaman buah, atau tanaman tahunan lainnya.
Cengkeh
Komoditi unggulan yang ada di Desa Giripurno adalah cengkeh. Tanaman cengkeh ada di hampir semua dusun di Desa Giripurno. Cengkeh merupakan tanaman yang diambil bunganya dan hanya berbunga sekali dalam setahun. Namun biasanya tidak setiap tahun petani mendapatkan panen raya. Panen cengkeh umumnya dilakukan mulai bulan Juni – Agustus. Hasil panenan tersebut berupa bunga cengkeh dan gagang cengkeh. Untuk menjualnya, petani harus memisahkan bunga cengkeh dengan gagangnya. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada malam hari setelah memetik bunga cengkeh dan sering dikenal dengan istilah pitil. Setelah selesai dipitili, petani dapat langsung menjual bunga cengkeh dan menjemur gagang cengkeh. Namun untuk petani yang akan menyimpan cengkehnya dapat juga menjemur cengkehnya hingga beberapa hari hingga ceklik (jika dipatahkan berbunyi klik), dan kemudian dapat menyimpan cengkeh tersebut untuk beberapa tahun mendatang. Selain bunga cengkeh, petani cengkeh juga memanfaatkan daun cengkeh yang telah kering dan jatuh ke tanah. Daun cengkeh tersebut disapu untuk dikumpulkan, dipisahkan dengan ranting dan daun lain, dan kemudian dijual. Waktu panen daun cengkeh ini dilakukan pada waktu musim kemarau.
Tanaman semusim
Lahan penanaman cengkeh bukanlah lahan monokultur dengan hanya satu jenis tanaman. Petani Desa Giripurno biasanya menggunakan pola penanaman tumpangsari dengan jenis tanaman tahunan lain seperti jati, sengon laut dan jawa, mahoni, dan sejenisnya. Selain tanaman tahunan, petani cengkeh juga menanami tanaman semusim tepat di bawah pohon cengkeh. Tanaman tersebut diantaranya jahe, kunyit, kapulaga, lengkuas, atau cabai rawit. Menurut para petani, pola tersebut digunakan sebagai cadangan penghasilan jika cengkeh tidak berbunga atau tidak laku, agar penggunaan pupuk lebih efektif, serta untuk tetap menjaga kesuburan tanah. Tanaman lain yang sering menjadi tanaman penyela adalah merica dan panili. Tanaman tersebut dipilih karena bernilai tinggi dan dapat memanfaatkan pohon cengkeh sebagai rambatannya.
Tanaman pangan
Tanaman lain seperti jagung, singkong/ketela, talas, dan umbi-umbian lainnya juga sering ditanam oleh para petani di Desa Giripurno, khususnya untuk warga masyarakat yang memiliki lahan tenggar/padang (lahan terbuka) karena jenis-jenis tanaman tersebut membutuhkan sinar matahari yang cukup. Jenis-jenis tanaman tersebut lebih banyak dimanfaatkan sebagai cadangan pangan keluarga. Namun begitu saat ini telah banyak warga masyarakat yang membuat produksi dari bahan-bahan tersebut agar bernilai lebih ekonomis.
Gambar
Cengkeh
Jagung
Kaliandra
Narasumber
- Petani Desa Giripurno