(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Sadranan merupakan aktivitas majemukan yang dilakukan bersama-sama oleh suatu kelompok masyarakat pada tanggal dan hari yang telah ditentukan pada bulan Sya’ban. Bapak Abdul Jabbar bercerita jika Sadranan ini berasal dari bahasa jawa Mataraman atau Yogyakarta yakni sadrono yang berarti pulang. Sadranan ini bertujuan untuk memohonkan maaf dan mendoakan nenek moyang atau leluhur yang telah tiada.
Sadranan di Desa Giripurno ada di semua dusun, namun waktu pelaksanaannya berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan masyarakat setempat. Pada umumnya pagi hari sebelum pelaksanaan, peserta terlebih dahulu akan ziarah ke makam dan memasukkan uang wajib pada kotak yang telah disediakan. kemudian membaca kalimah toyibah sendiri, bersih-bersih makam, dan sebagian ada juga yang nyekar. Sadranan diisi dengan pembacaan kalimah toyibah atau pengajian tergantung kesepakatan di masing-masing dusun. Setelah selesai, setiap peserta akan memperoleh berkatan yang berisi nasi, sayur, lauk-pauk, makanan ringan, dan daging ayam ingkung jago.
Meski diadakan oleh dusun tertentu, akan tetapi peserta nyadran tidak hanya berasal dari dusun tersebut. Semua orang yang memiliki nenek moyang atau leluhur pada dusun tersebut akan datang untuk mengikuti acara tersebut meski berada di desa lain maupun daerah lain. Hal ini yang menjadikan nyadran menjadi salah satu ajang silaturahmi untuk warga yang tinggal di luar Desa Giripurno.v
Gambar
Narasumber
- Abdul Jabbar. 46 tahun, Dusun Parakan RT 02/RW 04, Desa Giripurno