(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)
Narasi
Sego dalam bahasa Jawa berarti nasi. Terdapat beragam sego atau nasi yang digunakan dalam setiap tradisi khususnya di jawa. Salah satunya adalah sego golong. Sego golong ini biasanya dapat kita temui pada acara slametan, birul arwah atau ngirim arwah dan birrul walidain. Sego golong adalah nasi putih yang dikepel atau dikepal yang ditempatkan pada tempat yang berbeda dan berjejer dengan jenis makanan lainnya. Sego golong juga biasanya dihaturkan di depan para hadirin yang mengikuti acara. Sego golong biasanya dibuat pada jumlah yang ganjil.
Bapak Murtadlo yang berusia 38 tahun selaku kepala Dusun Dukoh Karanganyar juga sebagai tokoh budaya masyarakat. Menurut beliau sego golong saat ini masih dilestarikan di Dusun Dukoh sendiri. Biasanya sego golong bisa ditemui pada acara Ngirim arwah dan slametan di Dusun Dukoh. Makna dari sego golong adalah bahwa manusia di dunia ini terdapat dalam beberapa golongan tidak hanya satu golongan. Kita hidup berdampingan walaupun berbeda golongan. Walaupun kita berbeda dalam golongan tapi kita dapat hidup berdampingan dan saling memahami perbedaan. Maka diartikan dengan Sego golong yang hanya nasi putih saja. Artinya bahwa kita semua sama di hadapan Tuhan, tidak ada yang membedakan.
Gambar
Narasumber
- Bapak Murtadlo, 38 tahun, Kadus Dukoh desa Karanganyar