Sejarah Dusun Miriombo Wetan dan Dusun Miriombo Kulon
(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Dusun Miriombo Wetan dan Miriombo Kulon terletak di sebelah selatan Kantor Desa Giripurno. Konon di Dusun Miriombo ini penduduk Desa Giripurno berawal. Untuk mengetahui hal tersebut, saya mengunjungi kediaman Bapak Noto Diharjo yang merupakan sesepuh yang berusia 76 tahun dan bermukim di Dusun Miriombo Wetan RT 006 RW 006. Kemudian saya juga mengunjungi kediaman Bapak Usman Daryanto, sesepuh dusun Miriombo Kulon yang berusia 75 tahun dan berkediaman di Dusun Miriombo Kulon RT 005 RW 008.
Menurut Bapak Noto Diharjo yang juga akrab dipanggil Mbah Noto, sesuai dengan cerita-cerita yang beliau dapatkan dari orang-orang tuannya terdahulu, wilayah Miriombo pada mulanya merupakan hutan tutupan. Pada masa peperangan yang diduga merupakan Perang Diponegoro, banyak penduduk dari Yogyakarta yang lari dan bersembunyi di hutan-hutan karena ketakutan. Akhirnya mereka bermukim di wilayah Miriombo. Penduduk yang bersembunyi tersebut konon merupakan keturunan lipah yang merupakan kerabat dari Keraton Yogyakarta. Pembuktian yang dilakukan oleh beliau adalah cerita sewaktu kecil yang sering diajak oleh ayahnya untuk berziarah ketempat kerabatnya di Dusun Nglambur. Kerabatnya tersebut bernama Ki Ajar yang juga berkerabat dengan Ki Sampir yang bermukim di Kalipucung. Kedua orang tersebut merupakan orang yang berasal dari Keraton Yogyakarta.
Cikal-bakal yang penduduk yang ada di Dusun Miriombo Wetan dikenal dengan nama Mbah Bawuk dan Mbah Keprok. Mbah Bawuk sendiri yang waktu itu usianya lebih tua, sebab beliau merupakan mertua dari Mbah Keprok. Sesuai dengan cerita ayahnya, Mbah Noto sendiri merupakan salah satu anak turun ke-10 dari Mbah Keprok tersebut. Keturunan Mbah Keprok tersebut kini yang menjadi warga Dusun Miriombo Wetan.
Asal muasal nama Miriombo sendiri ada dua versi yang dilihat dari kondisi alam dan lingkungan di Miriombo Wetan. Yang pertama, dulunya ada pohon kemiri yang sangat besar di Miriombo Wetan. Sesuai dengan kebiasaan masyarakat dahulu, pemberian nama sering berkaitan dengan tanaman yang ada disitu. Mungkin, karena ada tanaman kemiri kemudian daerahnya dinamakan Miriombo. Beliau mencontohkan penamaan salah satu wilayah karena ada pohon jatinya kemudian dinamakan Njati. Dugaan asal nama yang kedua adalah kondisi kemiringan wilayah di Miriombo yang merupakan daerah lereng yang dalam bahasa jawa disebut dengan kata miring atau mereng dan luas yang dalam bahasa jawanya ombo. Jadi Miriombo berarti daerah lereng yang luas. Mbah Noto sendiri tidak yakin mana yang paling benar, akan tetapi kedua kemungkinan tersebut semuanya memungkinkan untuk menjadi asal nama Miriombo.
Bapak Usman Daryanto, sesepuh Miriombo Kulon juga bercerita mengenai asal-usul nama Miriombo ini. Menurut beliau, sesuai dengan cerita yang didapatkan dari orang tua terdahulu, konon wilayah Miriombo dahulunya sebelum terbuka dan ditinggali penduduk merupakan hutan pohon kemiri. Oleh karena itu kemudian disebut dengan nama Miriombo yang dapat diartikan dengan daerah perkebunan kemiri yang luas.
Selain bercerita mengenai asal-usul penduduk dan nama Miriombo, Mbah Noto juga bercerita leluhurnya yang bernama Mbah Buwang. Konon tokoh inilah yang menurunkan banyak keturunan yang menjadi Kepala Desa Giripurno. Saat ini makam Mbah Buwang ini berada di areal pemakaman Dusun Miriombo Wetan dengan batu nisan yang membujur dan paling berbeda dengan yang lainnya. Salah satu keturunan Mbah Buwang yang menjadi Kepala Desa Giripurno tersebut konon memiliki pusaka yang berbentuk keris dan bernama Tulang Geni. Konon pusaka tersebut memiliki kesaktian yang luar biasa, ia mampu menghentikan batu yang terjatuh dari atas dan ketika digunakan untuk mengejar pencuri akan bersinar-sinar layaknya kembang api.
Mbah Noto juga bercerita mengenai Dusun Miriombo Kulon yang sebenarnya merupakan pemekaran dari Miriombo Wetan. Penduduk Miriombo Kulon yang saat ini, dahulunya kebanyakan merupakan pendatang. Konon tokoh yang bernama Mbah Uplik yang dipercaya menjadi cikal bakal Miriombo Kulon juga merupakan seorang pendatang. Mbah Uplik berasal dari daerah Kalibawang dan merupakan pengikut dari Ki Ageng Serang. Pada suatu hari, Ki Ageng Serang mengajak Mbah Uplik untuk mengembara. Di suatu tempat yang diduga di daerah Tritis, Ki Ageng Serang menanyai Mbah Uplik apakah merasa lapar atau tidak. Kemudian Ki Ageng Serang menawarinya untuk makan gorengan jagung. Namun Mbah Uplik pun kebingungan dimana menemukan gorengan jagung karena berada di tengah hutan yang tidak ada tempat penggorengan. Lantas setelah menemukan jagung, ternyata jagung tersebut hanya dimasukan ke dalam selendang yang kemudian sudah menjadi jagung goreng. Setelah memakan gorengan jagung tersebut, Ki Ageng Serang menyuruh Mbah Uplik pulang. Pada waktu pulang itulah kemudian Mbah Uplik berhenti dan menetap di wilayah Miriombo Kulon. Tempat yang pertama kali atau Petilasan Mbah Uplik tersebut hingga kini menjadi tempat yang keramat. Tempat tersebut hingga saat ini tidak baik jika dijadikan tempat tinggal, bahkan hanya sekedar sebagai tempat untuk kandang ternak.
Gambar
Narasumber
- Mbah Noto Diharjo, 76 tahun, Dusun Miriombo Wetan RT 02/RW 06, Desa Giripurno
- Mbah Usman Daryanto, 75 tahun, Dusun Mirombo Kulon RT 02/RW 08, Desa Giripurno