(Narasi oleh Salma Salsabila R. dan M. Shodek)
Narasi
Desa Majaksingi bagian bawah memiliki sendang bernama Sendang Sinongko. Sendang ini sudah ada sejak zaman dahulu, yang diperkirakan telah ditemukan pada tahun 1930-an. Sendang Sinongko dahulu biasa digunakan untuk mandi dan bersih-bersih orang Desa Majaksingi. Namun semakin berjalannya tahun ada salah seorang yang menjadikan sendang ini sebagai tempat yang kotor, sehingga dari adanya kesalahan penggunaan tempat itu maka dari situlah memunculkan hal-hal buruk yang ada di sendang ini. Menurut Pak Sumardi kondisi sendang yang menjadi kotor membuat tempat ini dihuni oleh makhluk halus yang berhati kotor. Lama kelamaan sendang ini dijadikan tempat untuk meminta pesugihan dan perjudian. Meski demikian air yang ada di sendang ini masih berguna dengan baik karena dengan doa-doa, air sendang bisa untuk menyembuhkan penyakit terutama penyakit kulit.
Menurut Pak Sumardi, orang yang meminta diberikan kekayaan atau pesugihan di Sendang Sinongko tidak semuanya berhasil dan diberikan apa yang diinginkan. Lagi-lagi hanya orang yang mempunyai hati bersih dan niat baik yang diberikan atau dikabulkan permintaannya. Biasanya orang yang mempunyai keinginan akan meminta dengan cara bertapa atau prihatin dengan tidak makan dan tidak minum selama beberapa hari. Namun apabila orang yang meminta tidak mempunyai hati yang bersih maka orang tersebut sebelum 3 hari akan sudah tidak kuat menjalaninya. Ada juga orang yang kuat sampai 7 hari bertapa di Sendang Sinongko jika permintaannya dikabulkan. Tidak ada syarat lain apabila ingin meminta sesuatu di Sendang Sinongko kecuali hanya dengan hati bersih dan niat baik. Selain cerita tersebut pada zaman dahulu ada cerita lain bahwa di Sendang Sinongko yang kebetulan dekat dengan Makam Jambe, terkadang terdengar suara tangisan orang pada malam hari setelah pemakaman. Menurut kepercayaan masyarakat, jika ada suara maka itu menjadi tanda bahwa orang tersebut meninggal dalam keadaan tidak baik atau karena menjadi tumbal pesugihan.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Sumardi, 74 tahun, petani, sesepuh desa, Dusun Krajan Desa Majaksingi