(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)
Narasi
Bulan Suro
Slametan merupakan tradisi berdoa bersama yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Wringinputih. Dalam setahun mereka biasa melakukan tradisi tersebut beberapa kali dalam bulan tertentu. Seperti pada bulan sura diadakan ngasura yang selalu dirayakan pada tanggal 10 sura diawali dengan puasa sunah 2 hari pada tanggal 9 dan 10 sura. Kemudian pada tanggal 9, sorenya acara selamatan di musala atau masjid bahkan rumah sesepuh untuk doa keselamatan dengan suguhan makanan bumbu suran. Acara tersebut dipimpin oleh Bapak Kaum atau Kyai setempat. Dimulai dengan acara ngirim pepunden, cikal bakal, dan leluhur. Lalu dilanjutkan makan bersama berupa bubur sura, nasi putih, lauk ikan, tahu dan tempe yang dimasak menggunakan kuah dengan bumbu suran. Yang menurut cerita bumbu-bumbu ini adalah sebagai simbol sisa dari bahan bumbu di kapal Nabi Nuh.
10 Suro
Tanggal 10 sura ini merupakan hari berakhirnya cobaan para nabi. Nabi Adam diterima tobatnya setelah menyesal karena memakan buah khuldi. Nabi Nuh yang dicoba dengan musibah banjir bandang, sehingga beliau disuruh membuat kapal untuk menyelamatkan diri dan semua makhluk. Nabi Yunus keluar dari perut ikan paus. Nabi Ayub disembuhkan dari penyakitnya. Nabi Ibrahim keluar dari pembakaran. Nabi Musa selamat dari kejaran musuhnya. Tanggal 10 sura juga merupakan hari bagi masyarakat beramai-ramai menyantuni anak yatim. Untuk tolak balak terutama penyakit mata, maka kebanyakan masyarakat melakukan celakan. Bagi sebagian masyarakat yang suka prihatin maka melakukan puasa dari tanggal 1 sampai 10 sura atau puasa 3 hari (rebu pon, kemis wage, jumat kliwon) yang setara dengan puasa 40 hari. Pelaku dan pengiat budaya seperti halnya karawitan biasa mengadakan acara malam tirakatan yang diisi dengan penampilan seni karawitan. Untuk menghormati pepunden dan melestarikan budaya lokal, sehingga diadakan merti desa.
Bulan Sapar
Pada bulan sapar warga dusun mengadakan acara saparan atau sedekahan di masjid atau musala. Masyarakat tingkat dusun berkumpul di masjid atau mushola dan berdoa bersama sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen warga yang melimpah dan ketentraman desa. Mereka membawa makanan dan minuman yang nantinya dimakan bersama sama setelah acara doanya selesai. Pada tingkat desa sering kali ada yang mengadakan acara tersebut yang di situ bukan hanya doa bersama, tetapi di tambah pagelaran wayang kulit
Bulan Mulud
Pada bulan mulud acara masing-masing dusun melakukan menghormatan terhadap Nabi agung Muhammad SAW dengan cara membaca sejarah Nabi agung Muhammad SAW yang di rangkum dalam kitab Al-Barzanji, maka kegiatan ini disebut berjanjen. Acara puncaknya diadakan pengajian muludan, melibatkan orang tua dan anak-anak. Untuk membahagiakan anak-anak di adakan acara khataman yakni syukuran setelah selesai belajar membaca Al-Quran. Rasa syukur ini diwujudkan dengan penyajian ingkung ayam jago.
Bulan Rejeb
Bulan rejeb mengadakan pengajian umum di mushola, masjid, dan di lapangan, sebagai peringatan Hari Isra Mi’raj yakni perintah salat bagi umat islam. Selain itu juga dilakukan nyadran sebagai tradisi bertemunya para keluarga dengan orang telah meninggal sebagai bukti berbakti kepada orang tua. Acara dimulai dengan bersih ke makam untuk membersihkan dan memberi kembang, beserta berdoa dan mendoakan ke yang sudah meninggal. Kemudian ketika pulang semua orang berkumpul bersama untuk berdoa dan mendoakan ke leluhur dengan disertai hidangan berkat, yaitu nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
Bulan Pasa
Pada bulan puasa, slametan biasa diselenggarakan pada tanggal tertentu, seperti pitulasan untuk memeperingati turunya Al Quran, berdoa bersama di masjid dengan membawa nasi bersama dan dimakan bareng-bareng. Selikuran, berdoa bersama di masjid untuk selamatan dengan hadirnya lailatul qadar, biasanya malam selikur digunakan untuk bayar tukon atau nikah. Pitulikuran, acara khataman baca alquran dengan membuat ingkung, sebagai rasa syukur telah khatam baca Al-Quran.
Gambar
Narasumber
- Masyrakat desa Wringinputih