(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)
Narasi
Pitutur Jawa
“Poncosilo dasaring negoro kito, dadiyo pugeraning budi pekerti. Undang-undang dasar patang puluh limo, upayakno supoyo tetep lestari”. (Pancasila dasar negara kita, jadilah peraturan budi pekerti. UUD 1945, upayakan supaya tetap lestari). Begitulah penggalan lirik pitutur sholawat jawa yang disampaikan oleh kelompok kesenian yang ada di Dusun Tegalwangi, Srimudoutomo. Makna dan filosofi pitutur sholawat jawa adalah sholawat tentang agama islam yang di bawakan dengan bahasa jawa. Sedangkan Srimudoutomo mempunyai arti sri yang artinya satu, mudo yang artinya muda jiwa dan semangatnya serta tomo berarti utama. Tujuan kesenian Srimudoutomo dalam melantunkan sholawat pitutur jawa yaitu untuk nguri-uri budaya leluhur dan menyampaikan pesan yang terkandung dalam setiap liriknya.
Generasi ke-5
Kesenian Srimudoutomo sudah ada sejak zaman nenek moyang dan sudah berjalan 4 generasi. Sempat vakum karena berkurangnya anggota (kematian dan migrasi), kini srimudoutomo telah melahirkan generasi ke 5 sejak 1962. Generasi ke 5 diprakarsai oleh Almarhum Bapak Budi, Almarhum Bapak Sungkono, Bapak Karyo serta Bapak Sukirno dan dibimbing oleh Almarhum K.H Sastro Jayus yang merupakan Kyai Besar dari Dusun Sujomerto, Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman. Kesenian Srimudoutomo kini beranggotakan 31 dan dipimpin sekaligus dibimbing oleh Bapak Dher Ismail alias Mbah Pandir (79 th). Mbah Pandir menyampaikan “anggota Srimudoutomo merupakan warga Desa Tegalarum, tetapi kami terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar kesenian dengan kami”.
Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh kesenian Srimudoutomo antara lain penampilan malam 1 suro yang bertujuan untuk mendoakan leluhur Desa, tirakatan (17 Agustus) untuk mendoakan pahlawan bangsa dan malam tahun baru masehi untuk mendoakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Balai Desa Tegalarum. Untuk kegiatan rutin lainnya yaitu latihan bersama yang dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan sekali di Mushola Tegalwangi RT 03 / RW 03. Pakaian yang digunakan Ketika tampil yaitu pakaian adat jawa surjan dengan bawahan selendang batik serta menggunakan blangkon. Dalam setiap penampilannya, Mbah Pandir bertugas sebagai vokal serta pengatur ritme lantunan sholawat pitutur jawa, sedangkan untuk anggota yang lain saling bergantian dalam memainkan alat musik (perpaduan antara gamelan dan rebana).
Tanggapan
Selain tampil intern di Desa atau Dusun, kesenian Srimudoutomo juga siap tampil jika ada permintaan, atau dalam istilah jawa disebut “tanggapan” di berbagai daerah. Menilik sepak terjang penampilannya, kesenian srimudoutomo pernah tampil dalam pagelaran seni di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Candi Prambanan. Prestasi yang pernah diperoleh antara lain Juara 2 festival gelar budaya di Candi Borobudur tingkat Kecamatan Borobudur.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Dher Ismail / Mbah Pandir, 79 tahun, Sesepuh desa, Pelaku budaaya, Dusun Tegalwangi Desa Tegalarum