(Narasi oleh Taufik Hidayat dan Jamil Rochmatulloh)
Narasi
Achmad Supandi (47 tahun) yang menjabat sebagai Ketua RT 02/RW 02 Dusun Susukan, Desa Tegalarum sekaligus Panitia Syawalan Dusun Susukan Syawalan menceritakan dahulu kegiatan syawalan hanya dilaksanakan secara sederhana yaitu pengajian dan doa Bersama di Masjid tiap Dusun di Desa Tegalarum. Pada tahun 2001, di Dusun Susukan, Desa Tegalarum dengan diprakarsai oleh sekumpulan remaja, mereka berinisiatif untuk menyelenggarakan musyawarah oleh seluruh masyarakat dan kyai setempat yang bertempat di Mushola. Pembahasan acara kumpulan meliputi acara syawalan yang diperingati dengan khataman oleh para santri yang mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an AL-Fadhlillah Dusun Susukan, Desa Tegalarum. Seluruh masyarakat yang hadir menyetujui usulan tersebut dan mulai memperingati syawalan di tahun berikutnya.
Khataman Santri
Pada tahun pertama diperingati syawalan, santri yang mengikuti khataman hanya berjumlah 5-7 orang saja. Seiring berjalannya waktu, kini telah ada peningkatan. Hal ini tentu berkat andil besar dari beberapa ustadz yang membantu Bapak Faozan Mustofa selaku pengasuh TPQ Al-Fadhilillah. Beberapa ustadz yang membantu antara lain Ustadz Mucholil, Toifan, Kaseno, Kaserin dan Bapak Sumarlan. Kini setiap tahunnya sudah ada puluhan yang mengikuti khataman qur’an dan kitab-kitab yang lain. Prosesi khataman bukan hanya khatam kitab Al-Qur’an saja namun juga kitab-kitab yang lain. Khataman diikuti oleh anak-anak kisaran usia 6-17 tahun yang mengaji di TPQ, dan didukung oleh masyarakat sekitar baik remaja dan orang tua.
17 Syawal
Pelaksanaan syawalan dahulu dilaksanakan tidak ada kepastian, acuannya yaitu hari Minggu di Bulan syawal, kini oleh masyarakat sudah ditetapkan setiap tanggal 17 di bulan syawal. “Untuk persiapan syawalan salah satunya yaitu pengumpulan anggaran mengingat banyaknya biaya yang diperlukan, masyarakat sangat antusias dengan adanya syawalan, jadi tidak ada masalah” ucap Bapak Pandi selaku Panitia Syawalan dan Ketua RT 02/RW 02 Dusun Susukan, Desa Tegalarum. Rangkaian acara syawalan dimulai pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Acara dimulai dengan karnaval keliling Desa Tegalarum atau yang biasa disebut arak-arak. “Untuk menyenangkan anak-anak kami menyewa andong / delman kurang lebih 33 andong, per andong diisi 7-8 anak” jelas Pak Pandi.
Arak-arak
Arak-arak dimulai dari perempatan Dusun Susukan hingga memutari 4 Dusun yang ada di Desa Tegalarum. Ketika arak-arak dimulai, barisan yang paling depan yaitu barisan Polsek Borobudur selaku pengayom masyarakat, dibelakangnya mobil pembawa sound system dengan lagu-lagu kemerdekaan yang diputar secara keras. Delman-delman yang dinaiki anak-anak di barisan ketiga dengan di belakangnya yaitu barisan orang tua yang menaiki kereta mini. Untuk barisan paling belakang konvoi atau pawai oleh remaja dengan menggembor-gemborkan knalpot sepeda motornya. Setelah acara arak-arak berakhir, kegiatan selanjutnya yaitu khataman kitab-kitab dan Al-Qur’an yang dimulai dengan pembukaan pada pukul 09.00, kedua sambutan-sambutan oleh panitia dan Kepala Dusun, ketiga khataman kitab-kitab dan yang terakhir khataman Al-Qur’an dan ditutup dengan doa Khotmil Qur’an oleh Ustadz/Kyai di sekitar Borobudur.
Pengajian akbar
Setelah acara khataman selesai dilanjutkan acara pengajian akbar, dengan mendatangkan Dai dari luar daerah. Terakhir di tahun 2018 mendatangkan Gus Miftah dari Jogjakarta dan untuk doa dipimpin oleh Bapak Kyai dari pondok pesantren Saragan. “Untuk tamu yang rawuh di acara syawalan mengundang Kyai di Desa Tegelarum dan para pepunden. Jamaah dihadiri oleh masyarakat desa dan luar daerah. Alhamdulillah yang datang banyak sekali, hampir ribuan orang datang, tahun demi tahun mengalami peningkatan” jelas Pak Pandi.
Gambar
Narasumber
- Achmad Supandi, 47 tahun, pelaku budaya, Dusun Susukan Desa Tegalarum