(Narasi oleh Andi Ahmad dan Zuhan Andri D. A.)
Narasi
Kandi
Kandi adalah media yang digunakan untuk wadah meletakan barang seperti beras, gula pasir, gabah, atau padi. Kandi berbahan dari plastik atau karung sisa gula pasir yang dibentuk seperti tikar. Dipertanian tembakau, digunakn sebagai wadah untuk membawa petikan daun tembakau dari ladang untuk dibawa pulang. Saat kegiatan kesenian, kandi juga bisa digunakan untuk properti di dalam permainan perfom kesenian tradisional.
Brak
Brak terbuat dari bambu atau kayu yang dirangkai menjadi sebuah rangkaian yang berfungsi untuk ngimbu/ngimbu atau mendiamkan tembakau sampai menguning atau layak olah. Brak di susun secara bertangkat sesuai kebutuhan petani. Lama waktu ngimbu biasanay 5 -7 hari. Ketika bukan musim tembakau, brak biasanya digunakan untuk meyimpan hasil pertanian dan barang yang lain karena medianya cukup luas.
Milehi
Milehi itu adalah aktifitas para petani saat menyeleksi tembakau yang matang dan belom matang sebelum daun tembakau tersebut dirajang. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu. Selain menjadi pekerjaan sampingan, milehi biasanya menjadi ajang ibu-ibu untuk jagongan, ngrasani, guyonan ataupun guyup rukun. Hal ini sudah menjadi tradisi warga Desa Tuksongo sejak dahulu.
Ngabul
Ngabul suatu kerja gotong royong menurunkan dan ngimbu tembakau dari truk atau kendaraan yang lain dari ladang. Keunikannya adalah, banyak masyarakat yang berbondong-bondong dari orang tua hingga anak-anak untuk ikut Ngabul karena akan mendapatkan upah. Bahkan anak-anak rela ngabul sampai pagi dan melewatkan sekolah hanya untuk ikut ngabul karena mendapatkan upah. Aktifitas ini sudah menjadi tradisi sejak jaman dahulu di Desa Tuksongo.
Ngrajang
Ngrajang adalah proses pemotongan tembakau menjadi kecil-kecil sesuai porsi ukurannya. Alat tradisionalnya terbuat dari kayu dan bambu yang dirangkai menjadi tempat untuk meletakan tembakau bernama Cacak, sedangkan pemotongnya bernama Gobang. Gobang adalah semacam pisau besar terbuat dari bahan kualitas tinggi dengan ketajaman yang sangat bagus suntuk menjaga kualitas tembakau tetap baik. Aktiftias Ngrajang ini biasanya dilakukan malam hari oleh laki-laki menyambung dari kegiatan ibu-ibu milehi tembakau.
Ngawut
Setelah selelasi ngrajang, daun tembakau kemduian Diawut. Ngawut ialah proses pencampuran hasil rajangan untuk mencapai pemerataan karena warna daun tembakau yang bervariasi. Aktifitas ini bisa dilakukan oleh 1 orang atau lebih. Proses ini berjalan sangat singkat yang kemudian dilanjutkan ngeler daun tembakau oleh ibu-ibu yang selesai milehi.
Ngeler & Rigen
Ngeler adalah aktifitas para ibu-ibu menata tembakau sebelum dijemur, disusun tipis dan menyesuaikan bentuk rigen. Rigen sendiri adalah sebuah media yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk persegi panjang untuk menjemur daun tembakau yang sudah dirajang dan diawut. Rigen biasanya berukuran 1 x 2 meter. Ngeler membutuhkan keahlian khusus untuk menentukan ketebalan tembakau untuk proses njereng atau menjemur. Ngeler ini adalah proses akhir di aktifitas malam hari petani tembakau. Terkadang jika tembakaunya berjumalah banyak, kegiatan ini bisa selesai di pagi hari.
Malik
Setelah selesai ngeler, daun tembakau yang sudah tersusun di rigen langsung di bawa ke tanah lapang yang panas untuk dijemur. Kira-kira sampai pero (setengah kering), daun tembakau dibalik (malik), yaitu diganti menjemur daun tembakau di sisi bawah yang belum terkena sinar matahari. Biasanya dilakukan pada jam 9, jam 1 dan jam 3 sore. Aktifitas Njereng ini dilakukan selama 2 hari.
Ngeyem
Ngeyem adalah aktifitas yang dilakukan petani setelah tembakau cukup kering, bertujuan agar daunnya tidak mengeras atau lembek. Aktifitas ini dilakukan setelah penjemuran selesai, saat kondisi menjelang malam, atau dingin. Petani biasanya menunggu dan memegang satu persatu daun tembakau tersebut untuk mengetahui kondisinya lembek atau belum. Selesai ngeyem, daun tembakau dibawa pulang untuk dikemas di kranjang mbako Daun tembakau namanya sudah menjadi tembakau jika sudah melalui semua proses ngeyemi tersebut
Ngemot
Ngemot adalah adalah proses pengemasan ke dalam keranjang tembakau yang menggunakan iratan bambu dan pelepah pohon pisang. Gulungan tembakau dimasukkan, ditata bersap-sap dan dirapikan. Pengemasan ganda menggunakan kranjang mbako dan pelepah pisang ini bertujuan agar susunan tembakau tidak rusak ataupun roboh.
Tandur Mbako
Tandur Mbako (menanam tembakau) : Didesa Tuksongo terdapat banyak lahan yang cocok untuk ditanam tembakau, sehingga mayoritas petani di Desa Tuksongo membudidayakan pohon tembakau untuk dijadikan sebagai mata pencaharian musiman. Untuk penanaman tembakau sendiri memiliki perhitungan Jawa yang biasanya akan digunakan sebagai patokan bahwa penanaman tembakau akan dimulai atau ditanam dan biasanya bulan-bulan tersebut di bulan Juni da bulan Juli. Penanaman tembakau sendiri, petani memilih bibit yang bagus dan sesuai dengan karakter tembakau tersebut. Setelah penanaman selesai, kemudian tunggu hingga daun tembakau tersebut tua dan siap dipanen. Dan untuk panennya sendiri pun memiliki cara yang sangat unik yaitu dengan melihat daun yang sudah tua dan siap untuk dipetik, kemudian hasil daun yang sudah dipetik akan di nimbuh selama 3-4 hari hingga daun tersebut menguning. Dan ada juga yang jangka waktunya 10-15 hari, tergantung dengan kekuatan daun tersebut. Setelah daun menguning, selanjutnya akan dirajang atau dipotong kecil-kecil lalu dijemur hingga kering dengan kadar air 0,2%. Setelah kering tembakau tersebut akan dikemas dan siap untuk dijual
Nglinting Mbako
Nglinting Mbako adalah budaya membuat rokok dengan cara tradisional sejak zaman nenek moyang kita yang sampai sekarang masih dilakukan. Nglinting mbako sering dilakukan di Desa oleh kalangan muda hingga orag tua yang hobi merokok. Untuk proses nglinting mbako sendiri pertama-tama siapkan tembakau yang sudah kering, kertas garet atau kertas khusus yang digunakan untuk mengelinting dan ada juga rempah-rempah lain untuk menambah rasa menjadi enak seperti cengkeh, lembak menyan, kemenyan,dll. Lalu tembakau dan rempah-rempah tambahan yang diinginkan ditata di kertas garet dan digulung hingga seperti rokok pada umumnya dan siap dinikmati.
Gambar
Narasumber
- Petani tembakau desa Tuksongo