(Narasi oleh Mustofa dan Zam Zamil Huda)
Narasi
Topeng ireng atau lebih dikenal dengan nama Ndayaan merupakan salah satu kelompok kesenian di desa Giripurno yang bermarkas di dusun Gayam. Bapak Pariman (41 tahun), tokoh seni Topeng Ireng Dusun Gayam menyampaikan kesenian ini dulu bernama Cipto Budoyo, berdiri pada tahun 1972. Akan tetapi sekarang sudah berganti menjadi Cahaya Rimba. Sedangkan asal kesenian tersebut dari desa Tuksongo Kecamatan Borobudur. Orang yang dulu melatih adalah Mbah Mat Rejo, Mbah Sujak, dan Mbah Kemadi.
Pada awalnya kelompok kesenian tersebut seperti mati suri. Lalu kemudian kelompok pemuda yang menginginkan kemajuan kelompok kesenian tersebut memodifikasi dengan model yang lebih modern dan mengkombinasikan dengan seni musik campursari. modifikasi tersebut tanpa meninggalkan tarian pokok yang diajarkan oleh para pelatihnya terdahulu dari Tuksongo. Perubahan tarian tersebut juga diikuti dengan perubahan dalam penggunaan alat musik. Mereka kemudian menambah alat musik modern seperti organ dan gitar bass. Setelah perubahan tarian dan alat musik tersebut lantas mereka malakukan reorganisasi dengan pengurus yang sebagian besar merupakan anak muda. Reorganisasi tersebut terjadi pada tahun 2014 dan juga merubah namanya dari Cipto Budoyo menjadi Cahaya Rimba.
Meski melakukan banyak perubahan, namun masih banyak hal-hal yang tetap dari dulu sampai sekarang tetap dilakukan, salah satunya adalah ritual. Para pelaku ini selalu melakukan ritual khusus saat akan pentas agar supaya nantinya diberi kelancaran dalam pentas yang dilaksanakan. Adapula ritual di bulan tertentu untuk mencuci peralatan dan perlengkapan kesenian topeng ireng ini. Selain itu, para pelaku seni juga melakukan ziarah ke makam gurunya yang telah berjasa nguri-uri budaya melalui kesenian topeng ireng. Tujuannya dari ritual-riual ini tak lain adalah agar para pemain selalu diberi perlindungan dan keselamatan serta kelompok seni ini tetap lestari.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Pariman, 41 tahun, pelaku budaya, desa Giripurno