(Narasi oleh  Elka Hanna Setia dan Fredy Trifani)

Narasi

Mitoni yang berasal dari kata 7 (tujuh) atau “pitu” angka 7 juga memiliki arti bahasa jawa “pitulungan” atau pertolongan dimana acara ini merupakan sebuah doa agar pertolongan datang pada ibu yang sedang mengandung di usia kehamilan 7 bulan. Selain mohon doa akan kelancaran kelahiran, acara ini juga disertai doa agar kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti. Mbok Dah yang beralamat di Dusun Gunung Mijil, Desa Kebonsari menjelaskan jika prosesi mitoni yang kini dilakukan sudah tidak seperti dahulu, melainkan melakukan prosesi mitoni hanya sebagai simbolis dan jarang dilakukan. Seperti siraman biasanya prosesi siraman dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu yang sedang mengandung dengan air yang dicampur dengan bunga 7 rupa dan 2 buah telur, diluncurkan seekor belut dari atas sampai ke bawah dengan maksud belut tersebut untuk melancarkan proses kelahiran seperti belut yang licin.

Selain itu juga ada acara jualan dawet dengan maksud usaha sebagai calon orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak kelak. Prosesi ini pun merupakan sebuah harapan agar si anak nantinya dapat mendapatkan banyak rejeki untuk dirinya dan orang tua. Tapi sayangnya budaya tersebut sudah jarang dilakukan dan hanya sebagai simbolis saja, air yang dicampur dengan bunga 7 rupa tetap diadakan hanya tidak untuk memandikan sang calon ibu. Selain bunga 7 rupa, telur dan belut juga ada menu makanan yang disediakan dalam prosesi mitoni ini diantaranya nasi golong “sego golong”, kluban, jajanan pasar, jenang merah maupun putih, ketupat, buah-buahan yang nantinya akan disajikan untuk disantap oleh para tetangga. Sebelum disantap makanan tersebut akan diberi doa oleh para tetangga yang hadir untuk memberi doa.

Gambar

Narasumber

  • Mbok Dah, Sesepuh desa, dusun Gunungmijil desa Kebonsari

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...