(Oleh Zurdhan Ageng Pamuji, Riyatun dan Heri Jaya Prayoga)
Narasi
Asal muasal kata Tuk Sembir menurut beberapa warga merupakan arti dari kata Sumber, Sedangkan Mbah Ciptorejo selaku sesepuh Dusun Kedungan 3 nama Tuk Sembir diambil dari pohon sembir yang cukup besar berada di pinggir Sungai Katul. Dahulu kala tuk sembir merupakan penopang kebutuhan air masyarakat Kedungan 3, penggunaan dari Tuk Sembir sangat beragam. Mulai digunakan untuk mandi, mencuci baju, pengairan irigasi persawahan, dan kebutuhan konsumsi masyarakat Kedungan 3 sendiri.
Lanjut, Mbah Cipterejo menjelaskan bahwa debit tuk sembir mulai menurun secara perlahan setelah dilakukan penebangan pohon tanjung berusia ratusan tahun yang terletak di antara pemukiman warga Kedungan 3 pada tahun 1975, saat itu memang kondisi Pohon Tanjung membahayakan pemukiman warga yang ada disekitarnya, mulai jatuhnya ranting pohon cukup besar dan juga posisi pohon yang mulai sedikit miring atau boleh dikatakan berpotensi tumbang.
Sehingga pada saat itu kepala desa yang menjabat melakukan penebangan Pohon Tanjung, hingga masyarakat mengungsi ke dusun lainnya karena takut terkena pohon tanjung yang menjulang puluhan meter dan berdiameter 7 rentangan tangan orang dewasa. Tim yang melakukan penebangan pohon tanjung pun tidak sembarangan, tim yang menebang pohon adalah mereka mereka orang profesional yang pekerjaannya memang menebang pohon.
Setelah dilakukan pemotongan pohon tanjung, dalam kurun waktu 10 tahun setelahnya masyarakat masih mengambil air di Tuk Sembir, akan tetapi masyarakat menyadari debit air di Tuk Sembir semakin berkurang, bahkan terjadi 3 kali longsor di sekitar tuk yang mengakibatkan tertutupnya Tuk Sembir. Akhirnya masyarakat Kedungan 3 mulai turun mencari sumber air lainnya yakni menuju Tuk Ngrau yang terletak di Kedungan 2, masyarakat Kedungan 3 harus berjalan jauh dengan medan naik turun menggunakan klenting, itu mereka lakukan selama kurang lebih 5 tahun. kemudian sekitar tahun 1990 terjadi longsor ke 3 di Tuk Sembir yang mengakibatkan Tuk Ngrau tersebut terangkat oleh longsoran disertai banjir bandang, sehingga tertutuplah sumber Tuk Ngrau yang ada di Kedungan 2. Di tahun tersebutlah baru ada upaya masuk yakni terdapat program dari BAPPENAS yakni P3DT (Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal) untuk pembangunan beteng, jembatan dan kotakan tuk sembir walaupun terhitung sedikit terlambat dalam menanggulangi bencana yang telah terjadi.
Selepas tuk ngrau hilang, akhirnya masyarakat Klepu membeli sanyo untuk mengambil air di Tuk Sembir walaupun harus menggunakannya secara hemat, karena setelah longsor dan pohon tanjung di tebang debit tuk sembir tinggalah sedikit. menuju tahun 2000 beberapa masyarakat juga mencoba membuat sumur bor tetapi sumbernya tidak baik dan tidak melimpah, hal tersebut dilakukan demi upaya masyarakat Kedungan 3 tetap bertahan hidup tanpa terjadi kekeringan
Pada tahun 2010 mulai ada proyek dari pemerintah Desa Sambeng, dimana sistem perairan diambil dari tuk ngudal yang terletak di sambeng 1, dimana untuk mengairi Kedungan 1,2 dan Kedungan 3 dibuatkan sistem penampungan air yang terletak di daerah tinggi yakni di Kedungan 3 dekat rumah Bapak Olo, baru nanti dari Kedungan 3 dialirkan ke Kedungan 2 dan Kedungan 1, hal tersebut masih berjalan sampai tahun 2022. dengan sistem terpusat seperti tadi, kendala kecil juga kerap terjadi di beberapa tempat, seperti matinya aliran air selama 12 jam bahkan dapat mati seharian penuh, ini merupakan keresahan yang wajib dicarikan solusinya dikemudian hari, karena setiap tambah tahun maka jumlah penduduk tentunya akan bertambah dan membutuhkan konsumsi air bersih lebih banyak pula