(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
Bapak Enjay Sutrisna (58th) atau yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Sutris adalah satu dari beberapa orang di Dusun Parakan yang masih melakukan kegiatan tutuk watu. Kegiatan tutuk watu ini beliau lakukan di sela-sela waktu bekerja sebagai penghasilan sampingan. Tutuk watu adalah kegiatan memecah batu kali (kerakal) menjadi bongkahan batu berukuran kecil atau yang lebih sering disebut kricak (batu split). Batu-batu pecahan/kricak ini biasa digunakan sebagai material bangunan campuran semen dan pasir untuk membuat beton atau ngecor.
Kegiatan tutuk watu ini Pak Sutris mulai dengan mencari dan mengumpulkan batu dari Kali Sileng. Batu-batu kerakal yang telah terkumpul kemudian dibawa pulang dengan cara disunggi (dijunjung) menggunakan wadah ember. Sesampainya dipekarangan rumah batu-batu itu kemudian dipecah satu per satu. Untuk memecah batu, Pak Sutris hanya menggunakan palu besar dan alat penjepit batu. Dulu, alat yang digunakan sebagai penjepit adalah bambu. Namun, karena penjepit bambu tidak awet, Pak Sutris beralih menggunakan penjepit yang terbuat dari potongan karet ban mobil yang dibentuk melengkung. Batu yang sudah pecah/kricak buatan Pak SutrisĀ dijual dengan harga Rp5000,00 per tomblok (keranjang bambu).
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Enjay Sutrisna, 58 tahun, Dusun Parakan Desa Ngargogondo.