(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)
Narasi
Di masyarakat jawa banyak tradisi-tradisi yang mempunyai makna bersyukur kepada Sang Pencipta untuk apa yang telah mereka dapatkan terutama yang berhubungan dengan alam. Salah satu dari tradisi jawa adalah ketika masyarakat sudah masuk waktu panen padi, tradisi yang dilakukan adalah Wiwitan. Disebut sebagai ‘wiwitan’ karena arti ‘wiwit’ adalah ‘mulai’, yang mana mulai memotong padi sebelum panen diselenggarakan.
Di desa karanganyar tradisi wiwitan sudah tidak banyak yang melakukan, melainkan hanya beberapa orang yang melakukan tradisi tersebut. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh petani menjelang waktu panen padi dengan meletakkan ubo rampe di sekitar sawah yang akan di panen. Menurut Ibu Satimah berusia 56 tahun warga Dusun Klipoh, beliau adalah seorang petani yang sampai sekarang masih melakukan tradisi wiwitan. beliau mengatakan tradisi tersebut adalah simbol rasa syukur kepada tuhan atas rezeki berupa panen padi. Beliau melakukan tradisi tersebut dengan membuat sego kluban atau nasi yang dipadukan dengan sayuran yang dicampur dengan bumbu kelapa, telur ayam kampung dan ikan teri kemudian dibagikan kepada tetangga sekitar rumah. Bukan itu saja, sego kluban tersebut ada yang di bawa ke sawah yang ditambahkan jajanan pasar dengan menggunakan tampah atau nampan yang terbuat dari anyaman bambu yang dialaskan daun pisang kemudian diletakkan di pinggir sawah yang akan dipanen. Hal itu juga sebuah simbol rasa syukur dan rasa berterima kasih kepada makhluk yang diutus oleh tuhan untuk menjaga tanaman padi tersebut.
Ada juga beberapa masyarakat yang menggunakan ubo rampe berupa kembang, rokok, kopi hitam dan ayam kampung sebagai ritual tradisi wiwitan tersebut. Ubo rampe tersebut juga sama diletakkan di pinggir sawah dengan makna berterima kasih kepada makhluk yang telah menjaga tanaman padi sampai bisa dipanen.
Menurut beliau yang dahulu pernah mendengan cerita tentang wiwitan dari orangtuanya, seseorang yang menjaga padi adalah seorang dewi yang bernama Dewi sri. dewi sri adalah simbol dari kesuburan dan kemakmuran. Banyak kisah tentang dewi sri ini dalam cerita agama hindu dan budha. Kata Sri diambil dari bahasa Sansekrta yang artinya adalah kesuburan, kekayaan, keberuntungan, kesehatan, keindahan. Sri dalam bahasa Sanskerta dipakai juga sebagai awalan dalam menyebut nama orang terhormat atau orang suci. Kata Sri sebagai awalan untuk menyebut nama orang terhormat juga dikenal dalam Bahasa Indonesia misalnya Sri Baginda, Sri Rama, dan lain-lain.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- bu Satimah, 56 tahun, perempuan pemerhati budaya, dusun Klipoh desa Karanganyar