(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)

Narasi

Selapanan

Berbicara mengenai kebudayaan tradisi jawa memang tidak akan ada habisnya. Banyak sekali kebudayaan dan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya adalah Among-among. Salah satu bentuk tradisi peringatan yang digunakan orang jawa untuk memperingati hari lahir setiap 35 hari sekali atau orang jawa biasa menyebut selapanan. Tradisi yang diajarkan secara turun-temurun dari masa nenek moyang. Among-among ini mirip seperti ulang tahun tetapi jika ulang tahun diadakan satu tahun sekali among-among ini dilakukan setiap selapanan sekali menurut tanggal dan perhitungan jawa.

Pamomong

Among-among umumnya dibuat pada saat memperingati hari kelahiran berdasarkan penanggalan jawa. Artinya, among-among akan dibuat setiap tiga puluh lima hari sekali. Dalam penanggalan Jawa, terdapat lima hari pasar yaitu pon, wage, legi, pahing, kliwon. Hari pasar ini dikalikan dengan tujuh hari dalam seminggu. Hasilnya adalah tiga puluh lima atau dikenal dengan selapan. Among-among berasal dari kata ‘pamomong’, artinya yang ngemong atau penjaga jiwa raga. Pelindung yang dimaksud adalah malaikat utusan Tuhan.

Isi among-among

Isi dari among-among biasanya nasi, sayur-sayuran, dan lauk. Tidak lupa dibawah tedo atau tampah akan ada uang atau sedekah mall yang diperebutkan ketika among-among selesai. Among-among dengan sayur biasanya menggunakan tujuh atau sebelas macam sayur. Dimana arti dari tujuh atau pitu dalam bahasa jawa adalah pitulungan. Dan sebelas atau sewelas dalam bahasa jawa adalah kawelasan. Tidak ada aturan tertentu yang mengikat akan menggunakan tujuh macam atau sebelas macam semua didasarkan atas kemampuan.

Tedo daun pisang

Lawuh atau lauk yang ada pada among-among umumnya berisi tempe, petho, telur dan kerupuk sebagai pelengkap. Tidak lupa urap bumbu kluban yang sangat nikmat. Among among biasanya disajikan dalam tedo yang dilapisi dengan daun pisang. Ada dua cara dalam menikmati among-among ini. Pertama dengan cara genduren atau dimakan bersama dalam satu tempat, dan juga dengan cara dibagi bagi menggunakan daun pisang.

Rasa syukur

Makna among-among dimakan secara genduren atau bersama adalah sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rezeki dari tuhan yang diberikan untuk kita semua. Ketika among-among sudah habis akan ada uang dibawah daun pisang untuk diperebutkan. Maknanya setelah kita mensyukuri nikmat yang diberikan oleh tuhan kita harus kembali membangkitakan semangat untuk kembali mencari rezeki atau menggali prestasi untuk semangat hidup yang akan datang.

Peringatan dusun

Bapak Salim (50 tahun) seorang guru sekaligus seorang sesepuh dan tokoh masyarakat di Dusun Klipoh. Keseharian beliau adalah mengajar di SD N Karanganyar. Beliau juga menjadi penasehat pada Kelompok Seni Kobro Siswo Klipoh.   Beliau mengatakan bahwa among-among harus terus dilestarikan sebagai salah satu tradisi bentuk rasa syukur dan berbagi ke tetangga khususnya. Among-among biasanya memang hanya ditujukan untuk perorangan saja, tetapi di Dusun Klipoh among-among juga ada dalam peringatan dusun. Hanya saja among-among dusun ini tidak dilakukan setiap selapan sekali namun biasanya dilakukan setiap setahun sekali atau ketika ada peringatan tertentu. Tidak jauh berbeda dengan among-among pada umumnya dengan nasi, sayur, dan lauk. Berbeda tujuan saja jika among-among biasanya ditujukan untuk keselamatan perseorangan among-among dusun ini ditujukan untuk acara slametan dengan meminta keselamatan kepada tuhan untuk warga dusun khususnya.

 

Gambar

 

Narasumber

  • Bapak Salim, 50 tahun, sesepuh desa, dusun Klipoh desa Karanganyar

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...