(Narasi oleh Andi Ahmad dan Zuhan Andri D. A.)
Narasi
Tembakau adalah tanaman yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak berabad-abad silam. Tanaman ini menjadi sebagai kebutuhan primer dalam konsumsi sehari-hari bagi sebagian masyarakat. Sejarah tembakau di Indonesia berkembang dari candu menjadi komoditas bisnis yang menggerakkan sektor perkebunan dan industri berskala nasional.
Jadi pada zaman dahulu Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga mempunyai murid yang bernama Ki Ageng Makukuhan. Beliau ini ditugaskan oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Temanggung melalui metode pertanian. Ki Ageng Makukuhan dibekali oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga berupa wiji atau benih yang berjumlah dua macam, yaitu wiji tembakau dan wiji padi rojolele untuk dibawa ke Temanggung sebagai alat penyebaran ajaran agama Islam.
Selang satu tahun mengajarkan ajaran agama Islam di Temanggung, Ki Ageng Makukuhan dipanggil oleh Sunan Kalijaga untuk menceritakan bagaimana perkembangan pertanian di sana. Lalu beliau menjawab bahwa pertanian di Temanggung sangat baik untuk tanaman padi, namun untuk tanaman tembakau masih sangat kurang baik.
Setelah itu Sunan Kalijaga memerintahkan Ki Ageng Makukuhan untuk membuat anjang atau rigen. Setelah diterima oleh Sunan Kalijaga berkata “anjang ini saya lemparkan, nanti jatuhnya di mana, di situlah tempat tembakau yang sangat bagus”. Anjang itu kemudian jatuh di kaki Gunung Sumbing, tepatnya di Desa Lamuk, Temanggung. Saat itu juga selama beberapa hari warga sekitar khususnya warga Lamuk berbondong-bondong, dengan membawa berbagai macam makanan menuju ke suatu tempat yang halamannya sangat luas seperti lapangan sepak bola. Mereka datang ke sana untuk melakukan ritual berdoa sebagai bentuk puji syukur terhadap nikmat yang telah mereka terima. Hal itu dilakukan agar proses bercocok tanamnya lancar dan memuaskan. Dari sejak kejadian itu sampai saat ini bisa dikatakan bahwa tanaman tembakau di Desa Lamuk sangat baik kualitasnya.
Lambat laun, tanaman tembakau mulai menyebar ke berbagai wilayah salah satunya di Kabupaten Magelang, tepatnya di Desa Tuksongo. Di sini, tanaman tembakau sangat mencolok, bahkan bisa dikatakan sangat baik kualitasnya, layaknya Desa Tuksongo “kecipratan berkahe anjang Sunan Kalijaga”. Masyarakat Desa Tuksongo yang mayoritas penduduknya seorang petani tidak menyia-nyiakan karunia ini, dengan rela meninggalkan kebiasaannya demi bercocok tanam benih tembakau, bahkan bisa dibilang jika musim tembakau itu musim yang istimewa, karena setiap musim tembakau ekonomi masyarakat Tuksongo akan meningkat drastis.
Tradisi musim tembakau di Desa Tuksongo ini juga ada yang menarik, dari awal bercocok benih sampai ke proses pengiriman ke pabrik tembakau. Selama proses itu di desa Tuksongo dari pagi hingga pagi lagi selalu ramai orang yang bekerja, entah sedang ngrajang, mepe, mbungkus tembakau dan lain sebagainya. Bisa dibilang kalau masyarakat Tuksongo sebagian besar bergantung pada tanaman tembakau.