Yu Sri dan Si Bajingan Manis

(Narasi oleh Wahyu Nur Rahman dan Abdul Kholiq Kurniawan)

Narasi

Bu Sri Ningsih adalah seorang penjual bajingan. Bajingan di sini merupakan makanan khas yang berbahan dasar ketela.

Kegiatan dimulai dengan Pak Ipong, suami Bu Sri, mencabut ketela pohon di kebun milik keluarganya. Jarak kebun dengan rumah tak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Setelah ketela dirasa cukup, singkong diserahkan ke Bu Sri untuk mulai diolah. Mula-mula, ketela dibersihkan dari kulitnya dan dipotong menjadi 2-3 bagian. Ketela yang sudah dikupas dibawanya ke depan rumah untuk dicuci, agar bekas tanah yang menempel tak lagi tersisa.

Sembari menunggu ketela selesai dikukus, Pak Ipong mengambil nira kelapa. Nira kelapa inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan utama pembuatan bajingan. Nira yang beliau peroleh dimasukkan ke dalam wadah berupa gembes berwarna merah yang sudah dipotong bagian atasnya. Selain gembes, ada pula yang menggunakan tali yang diberi potongan bambu pada kedua ujungnya. Gembes atau potongan bambu yang disebut bumbung tersebut nantinya akan dijinjing di pundak.

Sesampainya di rumah, nira dimasak menggunakan wajan besar di atas tungku tradisional. Tujuannya, agar rasa yang dihasilkan lebih enak dan menghemat gas karena butuh waktu yang lama untuk memasaknya. Setelah nira kelapa mendidih, Bu Sri mulai memasukkan potongan-potongan ketela yang telah dikukusnya. Setiap nira yang menghasilkan 5 kg gula dapat digunakan untuk 2 kg ketela agar menghasilkan bajingan yang pas. Ketela yang telah dimasukkan ke dalam wajan berisi nira ditunggu hingga angkrop (mendidih sampai semua berbuih dan terangkat).

Bu Sri sudah mengenal cara membuat bajingan sejak ia masih muda karena makanan tersebut merupakan makanan turun-temurun, terutama bagi keluarga yang sehari-harinya membuat gula jawa. Tak sedikit masyarakat dari Dusun Sodongan yang berprofesi sebagai pembuat gula jawa. Dalam pembuatan gula tersebut, mereka mencoba memasukkan hasil-hasil tani seperti pisang, pepaya, dan juga ketela. Hal itu telah menjadi kebiasaan masyarakat dalam kesehariannya, dan dari situlah Bu Sri mulai mengenal bajingan.

Bu Sri berjualan bajingan secara rutin sejak pandemi COVID-19. Bajingan dipilih karena memiliki nama yang unik serta dianggap sebagai makanan kuno yang jarang ditemukan. Hal tersebut dianggap akan menarik perhatian konsumen. Bu Sri memasarkan bajingannya melalui WhatsApp dan juga mulut ke mulut.

Setelah menunggu selama kurang lebih 30 menit, bajingan Bu Sri siap untuk disajikan. Aroma nira kelapa dan gurihnya ketela sangat menggoda. Warna cokelat hasil dari nira yang mengental menunjukkan betapa manisnya Bajingan Bu Sri.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Ibu Sri Ningsih, pembuat dan penjual bajingan, desa Bumiharjo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...