(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
Amalan selawat barzanji atau yang lebih sering disebut dengan berjanjen, meskipun sudah jarang dilakukan anak muda, tapi kini masih sering dibacakan disetiap Bulan Maulid (Rabiul Awal) di masjid dan musala sebagai wujud dari pengagungan Nabi Muhammad SAW. selawat barzanji juga sering terselenggara dalam acara kekerik (peringatan pemberian nama bayi). Amalan selawat barzanji adalah bagian dari warisan para ulama yang menjadi panutan umat Islam yang masih dilestarikan di Desa Ngargogondo.
Sebagaimana para Sahabat Nabi, yaitu Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman, dan Sayiddina Ali, para ulama yang telah mewarisi ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT, bertekad untuk meneruskan dakwah kepada semua umat manusia dengan cara menyampaikan petunjuk dalam agama Islam seperti yang pernah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Menurut Bapak Zainal (sekitar 75th), kegiatan berjanjen di Dusun Parakan seingatnya sudah ada sebelum tahun 1980-an. Pada mulanya dilaksanakan di musala atau masjid setiap selapan dina (35 hari) sekali. Setelah berjalan cukup lama, barulah dilaksanakan secara bergilir ke rumah-rumah para jemaah. Sekitar tahun 1980-an hingga 1990-an, anak-anak muda Dusun Parakan sangat giat melakukan berjanjen secara bergilir dari rumah ke rumah, sehingga hampir setiap pemuda pada generasi tersebut memiliki kitab-kitabnya.
Selawat barzanji ialah suatu amalan yang berisi doa-doa, pujian-pujian, dan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW. yang dilantunkan dengan suatu irama tertentu. Kandungan selawat barzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW., serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Ada beberapa macam kitab berjanjen yang dibaca, yaitu Diba’, Nasyar, dan Nadhoman. Menurut keterangan dari Bapak Zaenal, kitab Al-Qur’an dan kitab selawat Al-Barzanji harus diyakini sebagai pegangan hidup beragama bagi para umat Islam. Hal ini karena Agama Islam tidak pernah lepas dari tuntunan wajib dan sunah yang harus di laksanakan berdasarkan kitab suci Al-Qur’an serta mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam setiap acara berjanjen, ada satu bagian kegiatan yang dinamakan srokal (membaca selawat barzanji dengan berdiri) yang bermakna hormat/menghormati. Gerakan srokal ini terinspirasi dari proses hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, sesampainya Nabi di Thaif, warga setempat menyambutnya dengan membaca asrokol (Asyraqal badru ‘alaina, Tola’al Badru ‘alaina dari selawat Mahallul Qiyam) dan seterusnya.
Hikmah yang besar akan dirasakan bagi orang-orang yang mau dan rutin mengamalkan selawat nabi. Diceritakan oleh Pak Zaenal sebuah kisah (riwayat), bahwa pada suatu masa terjadi musim kering (paceklik) yang mengakibatkan kekurangan bahan pangan. Kemudian, Sahabat Bilal sowan kepada Siti Fatimah, putri Rasulullah SAW. untuk meminta bantuan karena merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian, saat itu Siti Fatimah ndawuhi (meminta) Sahabat Bilal untuk membuka jendela diatas makam Nabi Muhammad SAW. dengan membaca selawat agar memperoleh berkah dan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. dapat terkabul sesuai keinginan, yaitu meminta untuk diturunkan hujan. Setelah Sahabat Bilal melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Siti Fatimah, seketika itu pula hujan deras turun Sahabat Bilal dalam perjalanan pulang.
Demikianlah salah satu faedah besar berselawat atas Nabi yang masih diamalkan penganut Islam di Desa Ngargogondo.
Gambar
Narasumber
- Bapak Zaenal, 75 tahun, sesepuh desa, Dusun Parakan Desa Ngargogondo