(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)

Narasi

Bumbu Gudeg

Gudeg adalah salah satu makanan khas Jawa yang memiliki rasa gurih dan manis. Citarasa ini bisa kita dapatkan dari Blendo, yang biasa disajikan sebagai penambah rasa makanan, campuran sambal ataupun teman makan gethuk. Blendo merupakan residu atau endapan hasil proses pembuatan minyak kelapa.

Sejak 1980

Blendo ini dibuat oleh Mbah Sutiyah (75 tahun) yang tinggal di Dusun Brongsongan. Blendo ini umumnya dijual di Pasar Tradisional Brongsongan atau Pasar Borobudur. Beliau juga sering menerima pesanan dari luar wilayahnya. Usaha Mbah Sutiyah sudah berjalan sekitar 40 tahun atau dimulai sejak tahun 1980, guna untuk membiayai anak-anaknya yang masih bersekolah. Walaupun saat ini anak-anaknya sudah tidak bersekolah namun beliau masih tetap membuat usaha ini. Sekali proses pembuatan blendo biasanya dibutuhkan 40 sampai 50 buah kelapa, yang menghasilkan sekitar 3 kg blendo dan 2 liter minyak goreng.

Kelapa tua, Pangot

Cara pembuatannya membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam. Dimulai dari pemilihan buah kelapa yang sudah tua, kemudian dikupas kulitnya sehingga terlihat batok atau cangkangnya. Lalu kelapa tersebut dipecah menjadi dua bagian menggunakan pisau tebal yang disebut pangot. Otomatis air kelapa yang keluar bisa dikumpulkan dan dijadikan nata de coco. Setelah kelapa pecah, daging kelapa diambil dengan cara dicungkil dengan menggunakan ujung pangot. Selanjutnya daging kelapa tersebut diparut menggunakan parut tradisional, yaitu sebuah papan kayu yang diberi kawat-kawat kecil yang tingginya kurang lebih 5-10 mm.

Diambil Santan

Pembuatan santan diawali dengan menambahkan air putih kedalam parutan kelapa. Kemudian parutan kelapa tersebut diremas-remas diatas sebuah wadah yang terbuat dari bambu atau besi yang berlubang kecil-kecil yang biasa disebut kalo. Air parutan kelapa yang keluar berwarna putih disebut santan. Residu pembuatan santan atau ampas, biasanya digunakan untuk pakan babi, terkadang digunakan untuk mengepel lantai agar bersih dan mengkilap.

Angkrop

Pembuatan blendo diawali dengan menuangkan santan kedalam wajan dan dimasak sekitar 3 sampai 4 jam. Awalnya santan yang berwarna putih akan membentuk gelembung-gelembung kecil yang mulai pecah atau bedah saat mendidih atau dipanaskan diatas suhu 100 derajat. Jika sudah diproses ini, santan tersebut harus terus diaduk agar tidak cepat mengental dan mengeras di ujung wajan. Setelah 30 menit, santan dan minyak kelapa akan berpisah atau biasa disebut angkrop. Dari proses angkrop ini, didapatkan gumpalan-gumpalan santan yang berwarna putih kecoklatan yang disebut blendo yang mengendap di dasar wajan.

Kalo

Proses pemisahan blendo dari minyak kelapa yaitu menggunakan saringan atau kalo. Blendo dan minyak kelapa yang ada diatas tungku diangkat kemudian dituangkan kesaringan. Otomatis minyak kelapa akan menetes keluar dari saringan dan ditampung dalam wadah. Setelah blendo ini terpisah, untuk mengeringkannya maka blendo ini diaduk-aduk kemudian di tengahnya diberi lubang agar cepat menguap dan menetes minyaknya.

Dari semua proses pembuatan blendo, limbah kulit kelapa bisa dibuat untuk keset dan sapu. Lalu limbah cangkangnya atau batok kelapanya dibuat arang. Dan limbah ampasnya untuk makanan babi. Sehingga usaha pembuatan blendo ini benar-benar ramah lingkungan.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Mbah Sutiyah, 75 tahun, Sesepuh desa, Des Wringinputih

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...