Wangi Bunga Carabikang di Lembah Borobudur
Narasi
Kue carabikang adalah kue tradisional berbahan dasar tepung beras. Kue ini memiliki bentuk seperti bunga, dengan balutan rasa manis dan tekstur lembut.
Ibu Eni dari Dusun Secang, Desa Giritengah merupakan salah satu pelaku karya budaya mustika rasa ini yang masih menekuninya hingga kini.
Pada setiap hari nya, ratusan Carabikang dibawa ke pasar tradisional terdekat dengan harga 2.000 rupiah per bungkus.
Setiap hari, jilatan api di atas tiga loyang baja cetakan kue ini mulai menyala sejak matahari belum terbit, menebarkan bau wangi setiap kali adonan dituang dan mulai matang.
Aroma wangi ini muncul dari tepung beras yang ditumbuk lembut oleh tangan terampilnya. Itulah kuncinya: buatan rumah.
Selanjutnya, adonan kue mulai dibentuk dengan menambahkan santan, gula pasir, garam dan juga pewarna makanan alami. Setelah campuran adonan dirasa sudah pas, puluhan lubang pada loyang-loyang cetakan kue itu diolesi dengan minyak, kemudian adonan satu-persatu mulai dituangkan ke dalamnya. Biarkan selama 5 sampai 10 menit sampai adonan setengah matang, kemudian olesi adonan yang setengah matang tadi dengan minyak, tipis-tipis saja, lalu diamkan kembali hingga matang. Setelah matang, cungkil kue dari satu sisi, sambil ditarik, agar terbentuk seperti bunga.
Bagian akhir adalah mengemas kue yang telah matang ini, lalu dibawa ke pasar, dan berpindah tangan ke tangan-tangan penikmatnya.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Ibu Henny Astuti (Ibu Eni, 35 tahun), Dusun Secang