Berbagai Macam Bentuk Gerabah di Desa Karanganyar

(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)

Narasi

Anglo

Memasak dengan alat yang sederhana akan menciptakan rasa sederhana yang lebih khas. Katanya memasak dengan anglo akan menciptakan rasa yang berbeda. Anglo adalah kompor tradisional yang digunakan oleh orang jaman dahulu untuk memasak. Angklo digunakan dengan cara diberi arang. Angklo memiliki bagian atas dan bawah. Bagian atas berfungsi untuk menaruh arang dan menumpangkan alat masak untuk memasak dan bagian bawah digunakan untuk menampung abu yang tersisa dari arang di atasnya. Menggunakan anglo lebih awet dan tahan panas. Biasanya angko saat ini masih bisa dijumpai pada penjual mi kopyok atau wedang ronde. Mereka menggunakan anglo karena agar dagangan yang dijualnya awet panas.

Mbak Rupiyah salah satu pengrajin gerabah klipoh yang masih membuat angklo. Beliau ibu rumah tangga dan kesehariannya sebagai pengrajin gerabah. beliau berusia 50 tahun memiliki dua orang anak. Beliau masih membuat angklo sampai saat ini. anglonya biasanya dijual atau dipasarkan ke pasar tradisional dan dikirim ke tengkulak atau pesanan saja. Biasanya banyak dari restoran berkonsep tradisional yang juga memesan angklo ini. angklo ini memiliki banyak ukuran. Dan harga dari setiap angklo sesuai dengan ukurannya. Mulai dari Rp. 10.000 – Rp. 50.000 (th 2021).

Anglo

Blengker

Salah satu produk gerabah di dusun klipoh desa karanganyar borobudur yang sebagian masih dihasilkan oleh pengrajin gerabah adalah blengker. Nama blengker adalah sebutan dari tatakan kompor yang terbuat dari tanah liat. Bentuk blengker yaitu lingkaran yang menyerupai gelang namun berukuran besar. Menurut Mbok Mini 62 tahun warga dusun klipoh, Alasan sampai saat ini blengker masih diproduksi karena harga yang cukup murah dibandingkan tatakan yang terbuat dari alumunium menjadikan sebagian masyarakat memilih blengker sebagai tatakan kompor. Fungsi lain dari blengker adalah sebagai tempat tatakan wajan yang baru digunakan untuk memasak dan masih ada minyak panas di dalam wajannya, biasanya wajan di letakkan di atas blengker sampai minyak kelapa dingin sebelum dibersihkan.

Blengker

Proses pembuatan blengker membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke pembeli. Proses pertama pembuatan adalah pembentukan bentuk lingkaran menggunakan blengker yang retak atau rusak dalam proses pembakaran dan gagal jual. Blengker yang rusak tersebut dimanfaatkan untuk media dasar dalam proses awal pembuatan. Setelah tahap pertama selesai, blengker yang masih dalam cetakan dijemur kurang lebih setengah jam hingga setengah kering. Kemudian blengker yang sudah setengah kering tersebut dipisahkan dari cetakan dan masuk ke proses penghalusan. Pada proses penghalusan Alat yang digunakan bernama kerik yang terbuat dari besi  tipis berbentuk lingkaran dan dalim yang terbuat dari kain halus bekas. Setelah melewati proses penghalusan bengkler dijemur hingga kering yang ditandai dengan berubahnya warna dari awal coklat berubah menjadi berwarna putih. Proses pengeringan ini harus benar-benar kering  untuk mendapatkan blengker yang bagus, karena jika kurang kering akan mengakibatkan keusakan pada proses pembakaran.

Celengan

Sebelum adanya Bank tempat untuk menabung, dahulu banyak orang menabung menggunakan celengan. Celengan yang ada pula terbuat dari tanah liat. Berbentuk bulat besar warna merah dan hijau menjadi ciri khas celengan itu sendiri. Celengan memiliki beberapa ukuran mulai dari yang terkecil hingga terbesar. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp. 2000 – Rp. 100.000,- (th 2021) seiring berjalannya waktu celengan mulai berkembang saat ini tidak hanya celengan berbentuk bulat saja. Sudah banyak variasi bentuk mulai dari bentuk kodok, ikan, ayam, bebek, kuda dan lain sebagainya. seiring lagi perkembangan zaman saat ini celengan sudah banyak terbuat dari besi dan aluminium yang mudah dan murah. Tetapi celengan tanah liat ini juga tidak lepas sepi peminat.

Celengan

Pak Darman adalah salah satu pemilik galeri gerabah di dusun klipoh yang sekaligus beliau juga pengrajin gerabah. beliau berusia 48 tahun memiliki 3 anak. Keseharian beliau adalah pengrajin gerabah bersama sang istri. Celengan ini tidak dipasarkan ke luar daerah melainkan hanya dipajang di galeri saja sebagai hiasan apabila ada pengunjung yang berminat. Biasanya pembeli yang berminat memang sengaja datang untuk mencari. Berbagai bentuk karakter celengan sangat menarik minat pembeli terutama anak-anak. Dari celengan ini mungkin sebagai orang tua dapat mengajarkan kepada anak untuk menabung sejak dini. Menyisihkan sisa uang jajan agar tidak boros untuk membeli jajan semuanya.

Cowek

Seiring berkembangnya zaman saat ini pastinya sering menjumpai peralatan-peralatan yang berbahan dasar dari alumunium maupun keramik. Berbeda pada zaman dahulu ketika semua peralatan masih berbahan dasar tradisional atau dari alam di sekitar kita. Seperti contoh piring pada zaman dahulu yang berbahan dasar dari tanah liat. Walaupun pada zaman sekarang piring terbuat dari keramik namun pengrajin gerabah di dusun Klipoh desa karanganyar masih memproduksi piring yang berbahan dasar dari tanah liat. Produk piring gerabah di dusun Klipoh disebut dengan nama Cowek. Piring gerabah atau cowek yang diproduksi di dusun klipoh mempunyai dua bentuk dan mempunyai fungsi masing-masing. Bentuk yang pertama yaitu layaknya piring seperti biasanya dan  bentuk kedua ada sedikit tambahan disisi bawah berbentuk lingkaran yang dinamakan cotot. Fungsi kedua bentuk tersebut berbeda, yakni cowek tanpa cotot biasanya berfungsi sebagai piring dan mengulek sambal sedangkan cowek yang bercotot berfungsi sebagai penutupnya kemudian tambahkan cotot disisi bawah cowek bertujuan untuk pegangan pada saat membukanya.

Cowek

Cowek gerabah ini dibuat dengan ukuran yang bervariasi atau pembeli dapat memesan dengan ukuran yang diinginkan. Satu cowek biasanya dihargai Rp.3.000 sampai Rp.10.000 (th 2021) tergantung dengan ukurannya. Cowek bisanya dipasok ke tengkulak untuk dijual kembali dan ada juga pembeli yang langsung datang ke pengrajin di Dusun Klipoh. Selain itu cowek berukuran kecil biasanya di pasok kerumah sakit sepaket dengan kendil yang difungsikan sebagai tempat ari-ari atau plasenta saat perempuan melahiran, cowek kecil biasanya di gunakan sebagai tutup kendilnya.

Ada beberapa tahapan dalam pembuatan cowek, tahap yang pertama adalah membentuk bulatan tanah liat dengan ukurannya disesuaikan dengan ukuran cowek yang akan dibuat. Kemudian bulatan tanah liat tersebut diletakkan di tengah-tengah perbot yang sudah ditaburi abu pada permukaanya. Tahap selanjutnya adalah membentuk tanah liat tersebut dengan cara memukul pelan menggunakan tangan pada tanah liat di bagian tengah sampai terbentuk seperti mangkok. Kemudian bagain pinggir dilebarkan dengan menggunakan dalim sampai membentuk piring lalu dikeringkan selama 3 jam. Setelah menunggu tiga jam cowek diproses kembali untuk di cembungkan menggunakan batu malon dengan cara di tumbuk pada bagian dalamnya kemudian di keringkan kembali selama setengah hari hingga setengah kering. Tahap selanjutnya adalah menghaluskan bagian permukaan bawah dengan cara dikerik kemudian jika cowek akan difungsikan sebagai tutup maka ditambahkan cotot berbentuk lingkaran dibagian bawahnya. Selanjutnya cowek di usik menggunakan batu usik untuk membuat motif sekaligus membuat permukaan cowek menjadi mengkilap. Tahap terakhir adalah dikeringkan hingga benar-benar kering kemudian masuk ke proses pembakaran. Proses pembakaran biasanya membutuhkan waktu selama delapan jam.

Cuwo

Tempat makan dari tanah liat atau gerabah adalah cowek, dan tempat makan untuk yang berkuah adalah cuwo. Cuwo adalah mangkok yang terbuat dari tanah liat. Biasanya cuwo ini digunakan untuk makan soto atau minum es dawet. Proses pembuatan cuwo hampir sama dengan pembuata cowek. Ada beberapa tahapan dalam pembuatan, dan membentuk seperti cowek tapi tidak jeber.jika sudah dikeringkan dibawah sinar matahari atau diangin-anginkan.  Tahap selanjutnya adalah menghaluskan bagian permukaan bawah dengan cara dikerik. Kemudian diberi cotot kecil sebagai kaki alas bawah. Selanjutnya di usik menggunakan batu usik untuk membuat motif sekaligus membuat permukaan cowek menjadi mengkilap. Tahap terakhir adalah dikeringkan hingga benar-benar kering kemudian masuk ke proses pembakaran. Proses pembakaran biasanya membutuhkan waktu selama delapan jam. Harga cuwo hampir sama dengan cowek Rp. 5000,- (th 2021). Mbok piyah adalah pengrajin gerabah klipoh yang juga terkadang masih membuat cuwo jika ada pesanan. Beliau sudah hampir 30 tahun menjadi pengrajin gerabah. memiliki dua anak laki-laki dan suami yang sudah meninggal. Biasanya cuwo dipasarkan langsung ke pasar atau jika tidak hanya pesanan dari penjual penjual soto atau makanan berkuah.

Kekep

Tutup saji yang biasa kita jumpai mungkin terbuat dari plastik. Ada juga tutup saji yang terbuat dari gerabah yaitu namanya kekep. Kekep disini adalah pasangan dari kolong. Jika kolong adalah wajannya kekep adalah tutup dari wajannya. Atau bisa juga digunakan sebagai tudung saji. Kekep disini memiliki dua jenis. Ada kekep dengan cantelan dan ada kekep dengan cotot. Fungsinya hampir sama hanya saja bentuknya yg berbeda.

Kekep

Bu marsinah pengrajin gerabah dusun klipoh, kesehariannya tidak lepas dari membuat gerabah. beliau berusia 60 tahun sudah tidak memiliki suami dan memiliki dua anak. Salah satu gerabah yang dibuatnya adalah kekep. Proses membuat kekep ini melewati tiga tahap. Yang pertama adalah pembuatan, yang kedua ngalus, dan ngeriki. Pada proses ngeriki juga diberi cantelan atau cotot. Kemudian barulah kekep siap dibakar.

Kendi

Sudah tidak asing lagi mendengar kata kendi. Kendi adalah tempat untuk menaruh minum air putih. Kendi juga banyak dijumpai pada ritual-ritual adat tertentu. Kendi adalah salah satu peralatan rumah tangga yang terbuat dari tanah liat. Bisa dibilang kendi adalah dispenser jaman kuno. Meminum air dari dalam kendi memang sangat memiliki kenikmatan yang berbeda dari minum air dari apapun. Kendi menciptakan air dingin dan segar yang sangat alami. Namun saat ini kendi sudah jarang dijumpai disetiap rumah. Karena kebanyakan sudah beralih pada dispenser. Kendi hanya digunakan oleh orang-orang tertentu saja dan tidak banyak juga yang menggunakannya untuk keseharian.

Kendi

Pak markoni adalah salah satu warga dusun klipoh yang masih menggunakan kendi ini. pada sentra gerabah klipoh sendiri kendi juga sudah tidak banyak yang membuat. Karena kendi tidak menjadi barang yang banyak dicari dipasaran. Namun di klipoh masih ada beberapa pengrajin yang menyediakan kendi. Harga kendi juga bervariasi mulai dari yang terkecil Rp. 50.000 sampai Rp. 150.000.- (th 2021) kendi ini menjadi daya tarik wisatawan tersendiri khususnya wisatawan asing luar negeri.

Kendil

Kendil adalah salah satu produk yang dibuat oleh pengrajin Gerabah dusun Klipoh desa Karanganyar Borobudur. kendil merupakan produk  gerabah yang sampai saat itu masih stabil terjual di pasaran, hal ini dikarenakan banyak rumah sakit di sekitar magelang masih membutuhkan kendil sebagai wadah ari-ari atau plasenta ketika perempuan melahirkan. Bentuk kendil yaitu mennyerupai pot bungan namun bagian bawahnya berbentuk melengkung,  Menurut Ibu sukanah 60 tahun seorang pengrajin gerabah di dusun Klipoh, beliau dapat memproduksi sekitar 300-400 kendil dalam sebulan untuk di setorkan ke rumah sakit di daerah magelang. Beliau mengatakan dapat memproduksi sekitar 50 kendil dalam dua hari karena proses pembuatanya harus melewati beberapa tahapan dan tergantung dengan cuaca karena memerlukan panas untuk mengeringkannya.

Dalam proses pembuatan kendil membutuhkan waktu kurang lebih selama tiga hari namun belum termasuk dalam proses pengeringan. Lama waktu proses pengeringan biasanya tergantung cuaca karena memerlukan cahaya matahari yang panas. Proses pembuatanya melalui beberapa tahapan, proses yang pertama adalah pembuatan dengan alat putar yang disebut perbot. Pada proses awal bentuk kendil sudah terlihat seperti sudah jadi, namun dibagian bawahnya masih rata atau belum melengkung seperti kendil pada umumnya. Untuk lanjut ke proses selanjutnya biasanya kendil di keringkan sampai setengah kering, biasanya proses kedua di lakukan pada hari berkutnya. Setelah setengah kering kendil diproses untuk melengkungkan bagian bawahnya, proses tersebut sering disebut dengan nglambung. Proses itu dilakukan dengan cara merapikan sisi bawahnya dengan kerik kemudian memukul bagian bawah kendil menggunkan tatap dan dibagian dalamnya di tahan menggunakan batu malen dengan sedikit mendorong ke luar agar permukaan bawah kendil melengkung, kemudian dihaluskan dengan kisik yang terbuat dari kayu dan dalim yang terbuat dari kain halus. Setelah proses tersebut, kendil dikeringkan kembali selama setengah hari kemudian masuk ke proses selanjutnya. Pada proses selanjutnya yaitu ngusik, dalam proses ini alat yang digunakan adalah sebuah batu yang seing disebut batu usik usik. Proses ini bertujuan untuk memberi motif sekaligus membuat permukaan luar kendil menjadi halus. Caranya adalah menggosokkan batu usikan ke permukaan luar kendil sesuai arah yang di tentukan, sehingga goresan antara batu dengan permukaan kendil memnghasilkan garis yang halus dan mengkilap. Selanjutnya kendil dikeringkan sampai benar-benar kering kemudian masuk ke proses pembakaran.

Kendil

Satu buah kendil biasanya dihargai lima ribu sampai tujuh ribu tergantung ketersedian bahan dan cuaca yang mempengaruhi durasi proses pembuatan. Kendil disetorkan ke rumah sakit di daerah magelang sekali dalam sebulan atau sesuai dengan permintaan pihak rumah sakit. Dalam pengiriman kendil dari rumah ke rumah sakit biasanya ibu sukanah menggunakan mobil angkot yang di sewa dengan biaya seharga 150 ribu satu kali jalan. Sampai saat ini Tidak hanya ibu sukanah saja melaikan masih banyak pengrajin gerabah lainya yang membuat kendil, Biasanya setiap pengrajin gerabah  mempunyai langganan rumah sakit masing-masing untuk menjual kendilnya.

Klenting

Seiring berkembangnya jaman teknologi dan peralatan juga mengalami perkembangan. Saat ini jika kita akan menggunakan air tidak harus mengambil dari sendang atau sumber air. Banyak kemudahan yaitu sekarang setiap rumah sudah memiiki sumur bahkan pam juga sudah banyak masuk ke desa-desa. Dusun klipoh sebagai sentra gerabah saat ini masih ada beberapa yang membuat klenting. Klenting adalah ember kuno yang digunakan untuk mengambil air dari sendang atau dari sumber. Walaupun sudah tidak digunakan sebagai wadah untuk mengambil air dari sendang atau sumber mata air, klenting masih digunakan sebagai hiasan rumah. Bu zumaroh salah satu pengrajin yang masih menyediakan klenting di galeri gerabah milik beliau. Beliau berusia 55 tahun memiliki dua anak perempuan.  Banyak pengrajin juga yang tidak membuat klenting karena prosesnya yang sulit dan pasaran yang tidak menentu. Biasanya bu zumaroh membuat klenting jika ada pesanan saja. Harga klenting ini Rp. 50.000 (th 2021) atau menyesuaikan dengan besar kecil klenting.

Klenting

Kolong

Kolong adalah salah satu alat masak yang terbuat dari gerabah. jika kita memasak biasanya menggunakan wajan aluminium Kolong ini adalah wajan yang terbuat dari tanah liat. Kolong merupakan salah satu alat memasak yang masih sering dibuat oleh pengrajin gerabah khususnya dusun klipoh karanganyar. biasanya para pengrajin menjual kolong ini dengan harga Rp.10.000-Rp.15.000 (th 2021).  selain dipasarkan di pasar tradisional kolong juga biasanya dipesan oleh restoran restoran yang memiliki konsep tradisional.

Bu Royah pengrajin gerabah dusun klipoh yang juga sering membuat pesanan kolong ini. keseharian beliau adalah sebagai pengrajin gerabah dan ibu rumah tangga. Beliau berusia 50 tahun dan memiliki 4 anak. Proses pembuatan kolong ini memerlukan proses yang lebih panjang. Karena memiliki beberapa tahap. Pertama adalah tahap pembuatan awal dari pembentukan, kemudian jika sudah kolong akan dikeringkan dibawah sinar matahari yang jika suda nantinya akan dihaluskan. Jika sudah setengah matang kolong kemudian dikolongi atau diberi kuping pada bagian kiri dan kanan sebagai pegangan wajan. Setelah itu baru masuk proses kerik kemudian natinya kolong diangin-anginkan saja tidak perlu dijemur dibawah sinar matahari agar tidak terlalu matang. Setelah itu kolong dipalu yaitu ditepuk-tepuk agar bagian bawah dapat melengkung seperti wajan pada umumnya. Setelah itu kolong diusik atau dihaluskan menggunakan batu usik. Setelah itu baru dibakar dan dijual ke pasar atau tengkulak maupun pesanan.

Kwali

Kwali adalah kendil yang ukurannya lebih besar. Jika kendil biasanya untuk tempat ari-ari bayi, kwali ini adalah kendil yang lebih besar dan biasanya untuk memasak. Yang sangat khas adalah untuk memasak gudeg, atau biasanya untuk membuat jamu tradisional. Proses pembuatan yang dilewati sama ketika membuat kendil tidak berbeda hanya volume ukuran saja yang membedakan. Harga kwali berkisar antara Rp. 5000 – Rp. 10.000 (th 2021). masih banyak juga pengrajin gerabah dusun klipoh yang membuat kwali ini. Mbah Sani adalah salah satu pengrajin yang sudah sepuh didusun klipoh ini. beliau berusia 70 tahun namun masih sehat dan masih aktif membuat gerabah. salah satunya masih aktif membuat kwali ini. biasanya beliau tidak langsung memasarkan di pasar namun diambil oleh tengkulak terlebih dahulu.

Kwali

Mendeng

Mendeng masih sejenis dengan kwali dan kendil. Hanya saja perbedaannya jika kendil itu sangat kecil berfungsi untuk tempat membungkus ari-ari bayi. Jika kwali untuk memasak gudeg atau membuat jamu. Mendeng juga bisa digunakan untuk semuanya. Terkhusus untuk memasak makanan berkuah. Yang membedakan lagi adalah mendeng memiliki mulut yang lebih lebar dibandingkan dengan kendil atau kwali. Sudah tidak begitu banyak pengrajin yang membuat mendeng ini hanya tersisa beberapa saja. Karena proses pembuatan mendeng yang juga tidak hanya satu atau dua proses namun beberapa tahap proses. Dan kurangnya peminat mendeng ini menjadikan tidak banyak pengrajin yang membuatnya. Namun, Mbah markonah salah satu pengrajin gerabah sepuh di dusun klipoh yang masih aktif membuat mendeng ini. beliau sudah berusia 67 tahun sudah memiliki tujuh cucu. Beliau masih sangat aktif dan lincah dalam membuat kerajinan gerabah. mendeng biasanya dijual dengan harga Rp. 10.000 – Rp. 15.000.

Padasan

Orang-orang jaman dahulu pastinya memiliki padasan di depan rumah. Menjadi suatu kewajiban jika setelah kita bepergian dari luar rumah kembali masuk rumah untuk membersihkan diri dimulai dari cuci tangan dan kaki. Dahulu sebelum adanya pralon dan sanyo tempat sederhana untuk menyimpan air untuk bebersih adalah padasan. Padasan berisi air dari sumur yang digunakan untuk mencuci tangan atau berwudhu. Saat ini padasan juga masih banyak dijumpai di tempat tempat tertentu. Padasan adalah tempat untuk diisi air yang terbuat dari tanah liat. Di dusun klipoh sudah sangat jarang dijumpai pengrajin yang membuat padasan ini. karena ukuran yang besar dan proses yang sulit membuat pengrajin jarang membuat padasan ini. dan juga pembakaran yang rentan terjadi pecah juga. Mba ayuk adalah pemilik galeri gerabah di dusun klipoh. Beliau anak muda yang peduli akan budaya dan sangat melestarikan budaya disekitarnya. Di galerinya juga masih terdapat padasan yang dijual kepada pengunjung yang tertarik. Harga padasan juga bervariasi mulai dari Rp. 50.000 sampai Rp. 250.000 (th 2021).

Sentir

Sebelum adanya listrik jaman dahulu penerangan masih menggunakan alat alat yang sederhana salah satunya adalah sentir. Namun sentir jaman dahulu dan sekarang juga pastinya sangat berbeda sentir jaman dahulu menggunakan bekas botol kaca yang diberi sumbu dan diisi dengan minyak tanah. Ada juga sentir templok yang ditempel pada tembok. Saat ini sentir semacam itu sudah sangat jarang dijumpai. Karena perkembangan jaman dan sudah adanya listrik.

Sentir

Di dusun kipoh sentir masih sangat banyak dijumpai, namun sentir di dusun klipoh ini sangat berbeda. Sentir ini terbuat dari gerabah atau tanah liat dan bukan diisi minyak tanah melainkan diisi minyak sayur untuk masak. Jadi sangat aman digunakan dan pastinya tidak terlalu beresiko. Bu pariyati salah satu pengrajin gerabah dusun klipoh ini juga membuat sentir ini. beliau berusia 50 tahun memiliki tiga anak. Beliau menjadi pengrajin gerabah sudah sejak kecil karena keturunan dari ibunya. Biasanya sentir yang beliau buat didistribusikan ke pasar-pasar tradisional sekitar magelang dan jogja. Harga dari sentir ini sangat murah Rp. 5000 per biji (th 2021).

Terbang Gerabah

Terbang gerabah adalah salah satu mainan yang terbuat dari gerabah. jika biasanya terbang ini untuk rebana dan terbuat dari kulit hewan, terbang di dusun klipoh ini terbuat dari gerabah. bahan yang digunakan untuk membuat terbang ini adalah blengker kecil, kertas semen, lem, karet dan bambu kecil. Cara membuat yang pertama pastikan semua bahan sudah tersedia. Kemudian potong kertas semen sesuai dengan ukuran blengker kecil tersebut, kemudian kertas dan blengker di lem agar merekat. Terbang gerabah sudah jadi. Namun untuk suara masih belum terdengar enak di telinga. Maka dari itu terbang gerabah perlu di jemur terlebih dahulu dibawah sinar matahari kurang lebih 45 menit agar menciptakan suara yang nyaring dan enak. Kemudian untuk alat penabunya menggunakan bambu kecil yang pucuknya diberi karet. Mas yusril adalah pemuda dusun klipoh yang membuat terbang gerabah ini. beliau adalah pemuda yang aktif ikut melestarikan budaya yang ada di desa. Harga terbang gerabah ini Rp. 5000 per satuan (th 2021). Biasanya terbang ini banyak diminati oleh anak-anak SD maupun SMP.

 

Gambar

Lokasi

map

Narasumber

  • Ibu Royah, 50 tahun, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Ibu Zumaroh, 55 tahun, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Ibu Sukanah, 60 tahun, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Ibu Marsinah, 60 tahun, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Mbok Piyah, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Pak Darman, pedagang gerabah, desa Karanganyar
  • Mbokk Mini, 62 tahun, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Mbak Rupiyah, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Mbah Sani, 70 tahun, sesepuh desa, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Mbah Markonah, 67 tahun, sesepuh desa, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar
  • Mbak Ayu, pedagang gerabah, desa Karanganyar
  • Bu Pariyati, 50 tahun, perempuan pengrajin gerabah, desa Karanganyar

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...