Gula Jawa, Mutiara Coklat dari Desa
(Narasi oleh Jiyomartono dan Nurudin)
Narasi
Kehidupan di desa yang penuh dengan ,kegiattan sosial , gotong royong dan saling membantu sesama tercermin dari kegiatan produksi gula jawa.
Sistem Maro
Tidak semua orang yang punya pohon kelapa bisa dan berani memanjat pohon kelapa yang tinggi sehingga Kegiatan pengambilan nira bisa dibantu oleh orang lain,sebagai imbalanya mereka memberikan hasil nira sseccat bergiliran antara yang punya pohon sama yang mengambill nira.sistem ini yang orangg menamakan Maro, yakni mendapatkan separo nira. Tetapi karena barangnya tidak terlalu banyak maka akkan digilir dengan memakai sisstem waktu yakni satu hari yang punya pohon dan hari berikutnya yang mengambil nira.terkadang karena sesuatu hal seperti sedang sakit atau ada kepentingan keluarga sehingga si pengambil nira tidak bisa melaksanakan tugasnya maka pengambil nira yang lain akan menggantikan tugasnya secara suka rela,hal ini menunjukkan betapa tinggi nilai sosial antar sesama.
Iris
Iris adalah ungkapan kata dari sebuah pekerjaan pengambilan nira,kata ini lebih sopan atau memakai bahasa kromo.untuk ungkapan secara umum atau ngoko adalah nderes.kenapa disebut iris atau nderes ? kata iris adalah kata dasar dari memotong,membagi sesuatu menjadi lebih kecil ,atau tipis dengan alat tajam seperti pisau atau parang.pengambil nira ini mengiris tangkai buah kelapa yang masih berupa bunga dimulai dari ujung sekitar 10 mm samapi 20 mm dengan parang yang tajam.setelah itu tangkai ini akan mengeluarkan atau meneteskan air atau getah yang manis sehingga ditampung menggunakan bumbung dari bambu atu plastik.dalm satu hari satu tangkai bisa menghasilkan setengah liter,dan untuk menjagasebelum terjadi fermentasi maka nira ini harus diambil 12 jam sekali atau satu hari 2 kali,pagi dan sore.
Mancung
Untuk hasil yang maksimal kita harus mengetahui mulai kapan tangkai terssebut mulai di iris sebagai pedoman sederhana munculnya kelapa didahului dengan munculnya tunas pembungkus bunga yang disebut mancung.mancung yang siap di iris adalah mancung yang berumur 3 kali kemunculan tunas mancung.maksudnya kalau sudah ada 3 mancungg yang muncul maka kita akan memulai memanfaatkan mancung yang pertama muncul.mancung ini kita belah mennjadi 2 kemudian kita buka dan bunga bunga kelapa masih terlalu muda dan semua tangkai cabang buanga massih merekat kemudian kita ikat agar tetap menjadi satu ,mudah untuk diiris.membuka mancung ini disebut mleteki.stelah mleteki kita iris tangkai bunga ini dari ujung .selam 3 hari berturut turut belum kita tampung air niranya.stelah tiga hari baru kia ambil nira.
Harus rutin
Pekerjaan mengambil nira ini harus rutin ,kalau tidak rutin contohnya tidak kita kerjakan maka akan menurunkan kualitas air nira karenaa sudah terjadi fermentasi alami.orang desa menamakan baul.dan kalau di olah menjadi gula kan menjadi gula yang lembek tidak bisa dicetak, orang menamakan gulo kethok.
Pada musim kemarau suhu dingin akan berpengaruh pada nira yang jernih sehingga gula yang kita buat akan berwarna cerah,putih atau kuning.
Pada musim hujan karen suhu tidak stabil terkadang mendung, hujan membuat air nira mengental seperti bubur sungsum yang disebut nyekul dan akan mempengaruhi gula yang dihasilkan kurang bagus.
Digeneni di luweng
Setelah nira kita ambil akan kita masak atau geneni diatas luweng dengan api yang cukup,waktu memasak ini butuh waktu sekitar 2 samapi 3 jam .ada beberapa kendala waktu memasak ini terutama jumlah pohon kelapa yang sedikit maka nira yang kita masak juga sedikit,kadang kita menjadikan satu dengan air nira yang diambil di lain aktu,namun agar gula yang dihasilkan tetap bagus maka kita bisa berhenti untuk memasak nira ini setelah mbedah atau mendidih sempurna,kadang setelah mbedah kita ada pekerjaan lain seperti tandur, memanen hasil pertanian attau mencuci disungai maka memasak air nira ini bisa kita hentikan.
Angkrop
Memasak nira dilanjutkan sampai angkrop yakkni munculnya buih buih kecil air nira, kadang buih ini semakin banyaak sehingga luber atau tumpah. Untuk menhidari buih yang lebih banyak maka dikasih ipah, yakni parutan kelapa. Setelah anggkrop memasak air nira ini tidak bisa ditinggalkan, harus diudeg dan diaduk terus agar gula yang dihasilkan tidak gosong atau hitam pengudekan ini sampai air nira menngental yang disebut sudah tuwo. kemudian kita angkat dipindah diatas taanah tanpa pengapian, proses pengudekan tetap ddilanjutkan samapai ngereng atau kering dengan cara bagian atas gula yang masih panas digosok gosokan di wajan sehingga terlihat kering dan memutih.
Nitis
Untuk proses pemindahan dari wajan ke tempat cetakan disebut nitis. Nitis ini akan dimulai setelah benar benar gula yang masih berupa adonan panas siap untuk dikeringkan,untuk mengetahui apakah gula sudah siap attau belum ,gula ini diudeg pakai irus kemudian diciduk diangkat keatas kemudian dituangkan,waktu dituangkan sedikit demi sedikit ,jika lelehn gula ini terputus putus berarti sudah siap untuk di pindah di cetakan.
Cetakan Batok
Cetakan gula terbuat dari batok kelapa sehingga gula nanti membentuk setengah bola. Satu gula yang sudah dicetak disebut selirang dan kalau kita pasangkaan 2 menjadi satu disebut seggendel. untuk mempercepat proses pengeringan gula yang sudah dicetak ini akan dicoplok untuk dipintah diatas eblek atau didalam wajan.
Selain dikonsumsi sendiri untuk bumbu memasak, teman minumteh, gula jawa ini dijual di pasar desa dan kadang sudah ada bakul yang membeli dirumaah.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Penderes Nira, Desa Wringinputih
- Pembuat gula jawa, Desa Wringinputih