(Narasi oleh Arif Sutoyo dan Nur Kholiq)
Narasi
Menurut Bapak Rosyid (51th), “budaya bukan sekedar tentang kesenian saja, tetapi juga sesuatu hal yang dilakukan terus-menerus sehingga terciptalah sebuah tradisi”. Budaya guyub rukun di Desa Ngargogondo memiliki makna yang sangat luar biasa dan hebat. Berasal dari kata guyub yang artinya kebersamaan, dan rukun memiliki makna keselarasan. guyub rukun sejatinya merupakan ruh kehidupan bermasyarakat (bebrayan) di Desa Ngargogondo. Kegiatan guyub rukun di Desa Ngargogondo tercermin dari rasa gotong royong antar warga yang saling berbagi dalam suka maupun duka. Adapun bentuk kegiatannya, ntara lain:
Sambatan
Sambatan adalah istilah gotong-royong yang biasa digunakan masyarakat desa untuk mendirikan/memperbaiki bangunan atau rumah warga. Berasal dari kata dasar sambat dan akhiran –an. Sambat yang berarti permintaan bantuan, dan akhiran -an merujuk pada aktifitas atau tindakannya. Satu hal yang menjadi ciri khas utama sambatan adalah warga yang terlibat sams sekali tidak dibayar dan biasanya hanya disuguhi makanan serta minuman. Hal tersebut merupakan bentuk menjaga kerukunan dan kepedulian sosial yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para pendahulu. Sambatan seringkali dilaksanakan hanya seharian atau bahkan hanya setengah hari saja pada hari yang ditentukan oleh orang yang meminta bantuan, tidak terpaku pada hari libur. Warga yang ikut sambatan biasanya diundang oleh peminta bantuan dari rumah ke rumah sehari atau dua hari sebelumnya.
Kerja Bakti
Kerja bakti adalah kegiatan masyarakat yang bersifat massal atau bersama dalam mengerjakan suatu sarana dan prasarana umum demi kepentingan bersama. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mulai dari kalangan muda hingga orang tua. Pembagian peran laki-laki dan perempuan cukup jelas. Laki-laki lebih banyak mengerjakan tugas di lapangan, sedangkan perempuan (ibu-ibu) menyiapkan sajian makanan secara suka rela untuk dimakan bersama-sama.
Kegiatan kerja bakti di Desa Ngargogondo selalu dipimpin atau berada dibawah komando langsung Kadus setempat. Undangan kerja bakti seringkali diumumkan sehari atau dua hari sebelumnya melalui speaker masjid. Waktu kegiatan dimulai pada pagi hari sampai dzuhur tiba. Di antara waktu tersebut diselingi istirahat dan menikmati olahan panganan dan minuman yang dipersiapkan oleh ibu-ibu. Bila pekerjaan yang dilakukan belum selesai, maka kerja bakti akan dilanjutkan sampai adzan ashar dikumandangkan di masjid setempat.
Ada juga kerja bakti bergiliran, yaitu kerja bakti yang dilakukan secara bergantian oleh anggota masyarakat. Warga dibagi menjadi beberapa kelompok dan dibuatkan sistem penjadwalan. Kerja bakti bergiliran biasanya dilaksanakan dalam pengerjaan pembangunan fasilitas umum seperti pembangunan tempat ibadah dan pembangunan gudang perkakas desa. Tradisi itu telah dijalankan sejak dahulu secara turun temurun.
Kegiatan kerja bakti bersih-bersih atau pembangunan yang dilaksanakan di jalanan disebut juga dengan setralan atau bisa disebut juga kerja bakti yang pengerjaannya hanya 1 hari. Ada juga kerja bakti yang dibayar atau disebut juga Padat Karya. Dalam padat karya, peserta di ambil seorang per rumah dan di absen kedatangannya. Kemudian dibayar sesuai ketentuan atau sesuai dana yang diberikan oleh pemerintah.
Tarub
Ada dua bentuk pelaksanaan tarub, yaitu tarub untuk acara pernikaha, dan tarub untuk acara sripahan. Tarub dalam acara pernikahan dan kesripahan atau kematian adalah kegiatan persiapan dalam hajatan, antara lain: menyiapkan tratak/tenda; persiapan bala pecah atau barang yang mudah pecah seperti gelas, piring, peralatan dapur; dan lain-lain. Karena kegiatan ini lebih mengutamakan kekuatan fisik, maka kegiatan tarub ini lebih sering dikerjakan oleh para lelaki. Dalam peristiwa sripah, tarub dilakukan seketika pada saat ada pengumuman orang meninggal. Namun, tarub yang dilakukan untuk peristiwa pernikahan, dilaksanakan 2-3 hari sebelum acara, bergantung pada besar (geden) atau tidaknya acara pernikahan yang digelar. Di samping itu, dalam tarub pernikahan tidak semua warga dusun yang datang. Biasanya hanya orang terdekat atau saudara yang masih terhitung keluarga besar dari yang punya gawe atau menggelar acara.
Rukun Sanak
Rukun sanak adalah tradisi sumbang-menyumbang dalam bentuk pemberian barang sembako maupun amplop yang berisi sejumlah uang. Rukun sanak dilakukan dalam hal pernikahan, kelahiran, supitan/khitanan, menjenguk orang sakit, atau dalam sripah/kematian. Rukun Sanak dilakukan dengan maksud dan tujuan sebagai wujud dari rasa tenggang rasa dan kasih sayang terhadap sesama. Berbeda dengan tarub yang lebih banyak para lelaki, dalam hal rukun sanak ini lebih banyak peran kaum perempuan. Rukun sanak seringkali ramai dilakukan setelah waktu ashar hingga waktu isya’, meskipun bisa dilakukan dari pagi hingga malam. Dalam rukun sanak, ada juga tradisi ter-teran yang diambil dari kata ngeterke (mengantarkan makanan). Dalam tradisi tersebut, biasanya saudara atau orang yang membawa barang belanjaan akan dikirim makanan sehari atau beberapa hari berikutnya. Makanan yang dikirimkan biasanya terdiri dari sego pera (nasi yang dimasak agak kering), sayur kentang tahu, sayur kol/buncis, mi goreng, cap cai, lauk tahu dan tempe, beberapa telur rebus, dan juga ayam goreng. Makanan yang dibagikan kadang juga diganti dengan snack atau roti bolu, terutama ketika acara supitan/khitan.
Gambar
Lokasi
map
Narasumber
- Bapak Rasyid, 51 tahun, sesepuh desa, Desa Ngargogondo