Nilai Spiritual Kanuragan dalam Kehidupan Masyarakat

(Narasi oleh Rangga Tsalisul A. dan Loh Sari Larasati)

Narasi

Dalam perjalanan ini saya ditemani oleh bapak saya untuk sowan ke rumah  Bapak T. Wuryanto. Kunjungan ini kami lakukan untuk mencari apa itu ilmu kanuragan dan bagaimana nilai-nilai itu dalam pelaksanaanya di masyarakat sekitar. Pembahasan diawali dengan penyampaian bahwa beliau tidak mau disebut sebagai guru dan juga tidak ingin dikenal atau populer dalam dunia sosial. Beliau mengenggap semua orang adalah teman dan saudara yang artinya bahwa setiap yang bertemu akan selalu bercerita keluh kesahnya tanpa ada keraguan terhadap beliau. Dan setiap orang yang datang untuk meminta bantuan dan pencerahan tidak ada harga atau biaya yang harus keluar alias gratis. Beliau menyampaikan bahwa ini semua dalah amanah yang harus diberikan untuk kemudahan seluruh masyarakat di sekitar, yang arti hidup harus bisa bermanfaat bagi sesama.

Berbagai cerita yang disampaikan saya hanya dapat memahami beberpa kalimat yang diutarakan untuk dituliskan, karena bahasa yang digunakan saya rasa cukup sulit untuk saya pahami, namun saya tetap berusaha untuk menyimak sambil merekam dan nantinya akan mempermudah saya dalam memahaminya kembali. Dari cerita beliau pernah menyampaikan beberapa ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar yang hungunganya manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan tuhannya. Ritual adat yang disampaikan seperti pelaksanaan penimbunan kaki kambing di empat titik wilayah dusun. Kemudian ada beberapa ubarampe yang harus diperisapkan untuk sesorang agar terlihat auranya yaitu ada  jenang abang putih, buah anggur, pisang raja, apel, dan jeruk sankis, kelapa ijo dan kelapa gading. “Ubarampe itu disiapkan setiap hari- hari tertentu” Ungkap beliau.

Bapak T. Wuryanto saat itu menyampaikan bahwa dalam ajaran ilmunya diharuskan juga agar berperilaku budi luhur dan tetap teguh dalam pendirian agamanya, seperti sholat, dzikir, dan bertutur kata yang baik. Saat itu saya ditawari sama beliau untuk ikut belajar.

“Mas jenengan teko sini, setiap malam jumat kliwon ikut kegiatanya sekalian belajar” ungkap Pak.T Wuryanto.

“Hehehe…” saya ragu untuk mengiyakan.

“Untuk belajar ilmu kanuragan ya datang aja nanti kita ikuti acaranya ya ada dzikir, sholawatan dan lain-lain. Intinya sesuatu yang kita inginkan nantinya pasti akan diberi, bukan saya yang langsung memberi, namun ada waktunya akan datang dengan sendirinya.”

Entah kenapa saya menjadi tertegun mendengar penjelasan beliau mengenai ilmu kanuragan. Saya pun menjadi tidak mampu bertanya-tanya lebih banyak kepada beliau. Bapak saya melanjutkan obrolan-obrolan ringan dengan beliau. Sampai dirasa cukup, Bapak saya matur pamit kepada beliau.

“Jangan lupa sering main-main kesini ya mas,” ucap beliau sambil tersenyum.

 

 

Gambar

Narasumber

  • Wuryanto, 56 tahun, warga Desa Wanurejo

Relasi Budaya

Sumber Lain

Dari Kanal

Ulasan...