(Narasi oleh Muhammad Ja’far Qoir dan Miftakhul Fauzi)
Narasi
Cetil
Dalam artian bahasa jawa cetil adalah pelit. Namun, yang dimaksud dengan cetil disini adalah nama makanan yang berwarna-warni dan menarik. Cetil adalah olahan berbahan dasar dari pati kanji yang diuleni menggunakan air hangat dan diberi pewarna makanan untuk menampilkan hasil yang menarik. Cetil ini memiliki teksturnya empuk dan agak lengket bila dimakan. Ibu Pinah penjual jajanan tradisional Dusun Klipoh masih menjual cetil ini, proses pembuatan cetil ini diawali dengan pencampuran pati kanji dengan air hangat kemudian hingga merata dan pulen kemudian diberi pewarna sesuai dengan selera kita. Setelah itu cetil dimasukkan ke dalam air panas yang ada di atas kompor untuk matangkan. Setelah itu ditiriskan dan cetil dimakan menggunakan urap kelapa dan gula pasir. Biasanya cetil ini dijumpai di penjual saat pengajian selapanan yang dijual bersama kacang.
Getuk Cotot
Sudah tidak asing lagi ketika mendengar sebutan getuk. Getuk cotot adalah salah satu olahan dari singkong yang dihaluskan dan digoreng. Getuk cotot ini dibuat menggunakan singkong jenderal atau ketela jenderal. Cara pembuatan getuk cotot yaitu getuk yang telah dibersihkan dan dipotong-potong di kukus dalam tungku selama kurang lebih 30 menit atau sampai singkong matang empuk. Kemudian setelah dikukus singkong ditumbuk hingga halus dan dihilangkan akar yang masih ada di dalamnya. Setelah ditumbuk dengan halus singkong digulung-gulung berbentuk bulat agak lonjong dan diberi isian gula pasir. Barulah getuk digoreng di api yang panas. Pada Pasar Pagi Klipoh Ibu Pinah adalah salah satu penjual getuk cotot ini. Alasan dinamakan getuk cotot karena ketika dimakan pada gigitan pertama ada rasa manis yang meleleh di dalam mulut. Perpaduan antara singkong yang sedikit gurih dan manis sangat cocok disajikan di pagi hari bersama teh hangat. Getuk cotot masih sangat mudah dijumpai di pasar tradisional.
Glanggem
Singkong memang bisa diolah menjadi makanan apa saja. Mulai dari makanan manis, asin, gurih atau pedas. Glanggem adalah salah satu olahan singkong yang rasanya sedikit asam, karena glanggem terbuat dari singkong yang difermentasi. Glanggem juga dapat dikatakan terbuat dari tape. Cara membuat glanggem ini sangat mudah, jika tidak memiliki singkong mentah cukup untuk membeli tape yang sudah jadi. Kemudian tape tersebut di bentuk bulat-bulat seperti bola kasti. Untuk ukuran dapat menyesuaikan keinginan. Kemudian tape yang sudah dibulat-bulat tadi digoreng dalam minyak yang panas. Goreng hingga warna kecoklatan yang menandakan glanggem sudah matang.
Bapak Suprih suami dari Ibu Pinah yang keseharian beliau juga membuat glanggem untuk dijual di Pasar Pagi Klipoh. Beliau selalu menemani istrinya berjualan di Pasar Pagi Klipoh. Ada beraneka ragam jajanan tradisional yang mereka jual. Untuk harga glanggem sendiri sangat murah sekali Rp. 500 per butir. Glanggem ini memiliki banyak peminat tetapi umumnya paling banyak diminati oleh kalangan orang dewasa yang sudah sepuh.
Kemplang
Rasa gurih kemplang selalu terbayang bayang diingatan. Perpaduan antara singkong dan parutan kelapa yang digoreng menjadi makanan yang gurih bernama kemplang ini. kemplang biasanya memiliki dua macam yaitu kemplang basah dan kemplang kering. Kemplang basah biasanya untuk lauk makan atau bisa juga untuk cemilan. Sedangkan kemplang kering umumnya lebih untuk di gunakan untuk cemilan. Yang masih sering dijumpai di Pasar Pagi Klipoh adalah kemplang basah yang terbuat dari parutan singkong dan parutan kelapa yang dicampur dengan bumbu bawang putih, ketumbar dan garam. Kemplang kemudian digoreng hingga kecoklatan atau terasa sudah matang. Harga satuan kemplang ini Rp. 500.0 (th 2021) Ibu Tutik warga Dusun Klipoh yang kesehariannya berjualan di Pasar Pagi Klipoh. Beliau ibu rumah tangga berusia 35 tahun memiliki satu anak perempuan. Dahulunya beliau adalah penjual di taman wisata candi borobudur namun akibat pandemi beliau memutuskan untuk berjualan dirumah saja.
Ketan
Ketan hampir sama seperti nasi, sama sama terbuat dari beras yang membedakan adalah beras biasa dan beras ketan dan tekstur dari ketan lebih keras dan kasar dibandingkan dengan beras yang lembut dan halus. Cara pembuatan ketan ini sama seperti cara memasak nasi. Pertama beras ketan dicuci bersih dan dimasak dengan wajan. Kemudian jika sudah setengah matang dan air habis pindahkan ketan setengah matang tadi ke soblok yang sudah diberi air. Proses ini dinamakan didang. Ketan didang selama kurang lebih 45 menit. Tergantung takaran pembuatan ketan tersebut.
Ketan biasanya dimakan dengan urap kelapa yang diberi sedikit garam untuk menciptakan rasa gurih yang pas. Di Pasar Pagi Klipoh sendiri biasanya ketan tidak hanya disantap dengan urap kelapa saja, tapi juga menggunakan juroh atau srundeng. Juroh adalah air gula jawa atau tetes. Ketan setiap hari masih bisa dijumpai di Pasar Pagi Klipoh. Ibu Pinah adalah salah satu penjual ketan. Beliau menjual ketan setiap hari di Pasar Pagi Klipoh. Harga satuan ketan dibanderol dengan harga Rp 1000.- (th 2021)
Lemet
Kue tradisional memang dikenal dengan rasa yang nikmat dan harga yang murah. salah satu olahan kue tradisional yaitu lemet. Pastinya sudah sering mendengar kata lemet. Lemet adalah olahan kue tradisional berbahan dasar singkong yang dibungkus dan diberi isi gula jawa. Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat lemet adalah singkong, kelapa parut dan gula jawa. Cara pembuatan pertama singkong diparut dan diperas airnya. Kemudian parutan singkong yang sudah diperas dicampur dengan parutan kelapa, diaduk hingga merata semua bahan mencampur. Lalu adonan dibungkus menggunakan daun pisang dan diberi gula jawa agar rasa menjadi manis. Kemudian dikukus selama 45 menit.
Ibu Pinah adalah salah satu pembuat kue tradisional lemet ini, beliau berusia 59 tahun. Keseharian beliau adalah sebagai pedagang jajanan tradisional dan sayur di Pasar Pagi Dusun Klipoh. Beliau memiliki 3 orang anak. Salah satu anaknya bernama tutik yang sering membantu berjualan di pasar Pagi Dusun Klipoh. Perbandingan pembuatan lemet beliau biasanya dengan singkong 2 kg dan kelapa satu buah menghasilkan 40 bungkus lemet.
Timus
Singkong memiliki banyak jenis, diantaranya ada singkong kentang atau biasanya orang desa menyebut dengan telo kentang. Telo kentang memiliki rasa yang manis berbeda dengan telo jenderal. Tanpa diolah menjadi olahan telo kentang ini sudah enak jika hanya dikukus saja. Tetapi banyak juga yang dijadikan olahan seperti timus. Gorengan ini terbuat dari telo yang rasanya kriuk diluar dan lembut di dalam. Cara pembuatan timus ini sangat mudah, telo kentang dikukus selama kurang lebih 30 menit. Kemudian telo ditumbuk sampai halus dan dikepal-kepal bulat agak lonjong kemudian digoreng dengan api panas. Harga satu timus ini sangat murah hanya Rp. 500 per biji (th 2021). Timus bisa dinikmati di pagi hari bersama teh atau kopi. Timus juga masih sangat mudah dijumpai dalam pasar-pasar tradisional salah satunya adalah warung jajanan dan sayur Ibu Pinah di Dusun Klipoh
Meniran
Meniran saat ini masih banyak kita jumpai di sekitar kita, khususnya daerah pedesaan seperti Dusun Klipoh Desa Karanganyar ini. Makanan tradisional ini dapat disajikan ketika ada hajatan ataupun sekedar sebagai cemilan keseharian. Dengan cita rasa yang gurih, asin dan aroma daun pisang yang dikukus terpadu menjadi satu makanan tradisional meniran. Cemilan ini cocok dipadukan dengan gorengan seperti bakwan jagung, mendoan, atau tahu goreng. Tapi tidak kalah nikmat juga ketika dimakan begitu saja. Meniran masih sering dijumpai di Dusun Klipoh yang umumnya dijual di Pasar Pagi. Satu bungkus atau satu tum dijual dengan harga Rp. 500.- (th 2021)
Pada zaman dahulu pembuatan meniran menggunakan sisa beras putih yang ditumbuk hingga halus dengan tumbukan sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya. Untuk saat ini dapat menggunakan beras yang digiling halus atau dengan tepung beras yang tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembuatannya.
Ibu Par warga Dusun Klipoh adalah seorang ibu yang memiliki 3 anak. Keseharian beliau adalah membuat makanan tradisional yang nantinya akan dipasok atau dijual ke warung sekitar. Beliau juga biasanya menerima pesanan dalam partai besar misal untuk acara mujahadah atau slametan. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat meniran antara lain; tepung beras, air, kelapa, daun salam, garam dan daun pisang untuk membungkus. Dalam 250 gram tepung beras biasanya membutuhkan satu butir kelapa untuk diambil santannya, dan untuk bahan lainnya menyesuaikan.
Proses pembuatan meniran ini tidak hanya satu tahap saja melainkan harus melewati beberapa proses. Pertama adalah proses pengukusan tepung beras. Tepung beras ini perlu untuk dikukus terlebih dahulu dalam api sedang agar tepung tidak menggumpal dan adonan nantinya menjadi lebih pulen dengan waktu kurang lebih 30 menit. Santan juga perlu dimasak sampai mendidih dicampur dengan daun salam dan garam. Jika tepung beras sudah dikukus dalam waktu 30 menit selanjutnya dicampur dengan santan mendidih. Campur bahan sampai merata hingga menjadi adonan. Tahap selanjutnya adalah proses pembungkusan. Siapkan daun pisang dan biting atau lidi sebagai pembungkus. Kemudian ambil secukupnya adonan dan bungkus menggunakan daun pisang tersebut. Tahap terakhir adalah proses pengukusan. Walaupun pada awal semua bahan sudah terkukus, pada tahap akhir juga masih memerlukan proses pengukusan agar meniran tetap pulen dan bisa bertahan tidak hanya dalam satu hari. Pengukusan dilakukan selama kurang lebih 30 menit dengan api sedang. Selesai pengukusan tiriskan meniran dan siap disantap. Sangat nikmat ketika meniran masih dalam keadaan hangat.
Proses pembuatan meniran ini harus diikuti langkah demi langkahnya untuk menciptakan hasil yang maksimal atau hasil yang terbaik. Jika ada salah satu proses yang terlewati pasti akan menciptakan hasil yang kurang maksimal. Contohnya adalah ketidaksabaran dalam mengukus akan menimbulkan rasa yang kurang pulen tetapi akan tetap memberikan rasa yang nikmat walau tidak sempurna. Filosofi atau arti dari meniran adalah bahwa sesuatu usaha yang kita lakukan entah itu baik ataupun buruk, tercapai atau gagal jangan menganggap bahwa semua itu tidak berarti, pasti akan ada hikmah yang didapat di setiap proses kita. Dibalik usaha yang yang keras dan tekun akan menghasilkan buah yang manis di setiap akhirnya. Artinya bahwa setiap usaha itu tidak akan menghianati hasil tetapi jika usaha yang kita lakukan telah maksimal namun tuhan belum menghendaki pasti akan ada sesuatu hikmah yang akan kita ambil.
Gambar
Narasumber
- Ibu Pinah, pedangang pasar pagi Klipoh, desa Karanganyar
- Ibu Par, pembuat jajanan pasar, desa Karanganyar
- Ibu Tuti, pedangan di pasar pagi Klipoh