(Narasi oleh Lukman Fauzi Mudasir dan Diyah Nur Arifah)
Narasi
Malam itu Pak Waribi menceritakan tentang proses laku lampah lumpuh yang dilakukannya pada malam 1 sura kemarin. Beliau mengitari Candi Borobudur, dimulai dari rumahnya lalu ke arah barat Sodongan, Gayu, Srigenthan, Brongsongan, Bhumisegoro, Gopalan, Ngaran Janan, Jayan, Senden, dan Sigog. Lalu beliau melanjutkan dengan meditasi dahulu sebelum melakukan mubeng (memutari) candi kembali hingga selesai. Menurutnya menjadi orang Jawa harus memiliki beberapa dasar, yaitu harus menghormati Tuhan, orang tua, dan alam, serta mengerti dan membangkitkan sedulur papat limo pancer. Hal tersebut merupakan syariat dalam bentuk fisik yang disebut dengan tenaga dalam.
Sedulur papat limo pancer
Bapak Waribi sambil melihat persiapan pengikutnya membakar besi dengan arang menceritakan tentang apa makna jamasan. Jamasan merupakan pembersihan diri berkaitan dengan pembangkitan energi empat elemen lima pancer dengan cara besi dibakar dan dijilat bersama rapalan mantra tertentu. Energi empat elemen lima pancer tersebut adalah api, air, angin, bumi dan berpancer pada tubuh manusia. Sambil duduk di depan tungku api, beliau menyampaikan bahwa ajaran Jawa belum tentu dari kraton, namun jika ajaran kraton pasti Jawa. Setelah ritual jamasan selesai, Pak Waribi mengatakan bahwa bunga kembang setaman dalam proses jamasan api memiliki berbagai arti seperti bunga mawar merah berarti api, bunga mawar putih berarti angin, kenanga berarti bumi, dan bunga kantil berarti air.
Dalam jamasan api terdapat proses tahapan yang harus dilakukan, sebagai berikut ini:
- Besi dibakar hingga membara dan kembang setaman dicampur dalam air sebaskom.
- Besi diketuk tiga kali pada tanah lalu tangan kiri menggenggam ibu jari dan duduk bersila sambil besi dipegang.
- Pengucapan mantra.
- Ambil nafas tahan lalu besi dijilat ke lidah.
- Pengucapan mantra.
- Ambil nafas tahan lalu besi dijilat ke lidah.
- Pengucapan mantra.
- Ambil nafas tahan lalu besi dijilat ke lidah.
- Pengucapan mantra.
- Ambil nafas tahan lalu besi dijilat ke lidah.
- Besi dicelupkan ke ember bunga setaman, lalu dibiarkan sejenak di baskom
- Jika sudah dingin air bunga tadi bisa diminum untuk tolak bala ataupun sesuai keinginannya.
Gambar
Lokasi
[map
Narasumber
- Pak Waribi, pelaku budaya desa Borobudur